Selasa, 09 Februari 2016

PENGANTAR PENELITIAN



PENGANTAR PENELITIAN

Disusun Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Description: unpam_logo.png.556755033_tmp







Dosen Penguji:
ANGGA HIDAYAT
0426108802
Dibuat oleh:
1.      ANANTAMA R.                              2013121151
2.      HANI AMARINI                             2013122163
3.      KORI PUTRI M.                              2013121200
4.      LISA AGUSTINA                            2013121367
5.      MAULVI YUDISTIRA                   2013120886
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG

2015

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’aalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan taufik dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Atas segala kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan rasa terimakasih kepadaseluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan makalah ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1.      Ketua Yayasan Sasmita Jaya Drs. H. Darsono,
2.      Rektor Universitas Pamulang Dr. H. Dayat Hidayat, MM,
3.      Ketua Program Studi Akuntansi H. Endang Ruhiyat SE, MM,
4.      Angga Hidayat, selaku dosen Metodologi Penelitian,
5.      Kedua orang tua tercinta, untuk Mama dan Papa yang selalu membantu secara moral dan materi serta selalu mengiringi penulis melalui doa dan restu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih belum lengkap. Demi menyempurnakan dan melengkapi makalah ini, penulis berharap koreksi dan saran karena penulis yakin masih banyak kekurangan dan kesalahan yang dilakukan penulis dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkannya.







Pamulang, November 2015
                                                                                                            Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR                                                                                                           i
DAFTAR ISI                                                                                                                          ii
BAB I PENDAHULUAN                                                                                                     1
1.1     Latarbelakang                                                                                                      1
1.2     Rumusan Masalah                                                                                                2
1.3     Tujuan                                                                                                                  2
1.4     Manfaat                                                                                                                2
BAB II PEMBAHASAN                                                                                                      3
2.1 Kerangka Teoritis, Penyusunan Hipotesis                                                             3
2.2 Kebutuhan akan Kerangka Teoritis                                                                       4
2.3 Variabel                                                                                                                 4
2.3.1 Jenis Variabel                                                                                            5
2.3.2 Variabel Terikat                                                                                        6
2.3.3 Perbedaan Variabel Bebas dan Variabel Moderator                                6
2.3.4 Variabel Antara                                                                                        10
2.4 Kerangka Teoritis                                                                                                  12
2.4.1 Komponen Kerangka Teoritis                                                                   14
2.4.2 Kerangka Teoritis untuk contoh                                                               14
2.5 Penyusunan Hipotesis                                                                                           15
2.5.1 Definisi Hipotesis                                                                                     16
2.5.2 Pernyataan Hipotesis: Format                                                                   20
2.5.3 Hipotesis Direksional dan Non Direksional                                             20
2.5.4 Hipotesis Nol dan Alternatif                                                                    21
2.6 Pengujian Hipotesis dengan Penelitian Kualitatif: Analisis Kasus Negatif.         25
2.7 Keuntungan Manajerial                                                                                         26
BAB III PENUTUP                                                                                                               28
3.1 Kesimpulan                                                                                                           29

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam pembahasan pada bab sebelumnya, fokus kita adalah mempelajari bagaimana membatasi dan mendefinisikan masalah penelitian secara jelas. Tetapi, definisi saja tidak akan memecahkan masalah. Pada pembahasan kali ini kita dapat menelusuri kesuluruhan proses yangditunjukkan dalam model proses penelitian. Dua langkah berikut, yaitu berkaitan dengan membuat kerangka teoritis dan menyusun hipotesis yang dapat diuji.
Setelah melakukan wawancara, menyelesaikan survey literatur, dan mendefinisikan masalah, Anda telah siap untuk membuat kerangka teoretis. Prof. Dr. Sugiono (2012: 39) berpendapat bahwa Kerangka teoretis dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori–teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan.
Dengan demikian, dari kerangka teoritis bisa disusun hipotesis yamg dapat diuji untuk mengetahui apakah teori yang dirumuskan valid atau tidak. Karena kerangka teoretis memberikan konsep konseptual bagi penelitian, dan karena kerangka teoretis tidak lain adalah mendefinisikan jaringan hubungan antarvariabel yang dianggap penting bagi studi terhadap situasi masalah apa pun, sangat penting untuk memahami apa arti variabel dan apa saja jenis variabel yang ada. Sekaran (2011: 115).
Setelah  kita mengidentifikasi variabel  penting dalam suatu situasi dan menetapkan hubungan antarvariabel melalui pemikiran logis dalam kerangka teoritis, kita berada dalam posisi untuk menguji apakah hubungan yang diteorikan  benar–benar terbukti kebenarannya. Hasil pengujian tersebut memberi beberapa solusi mengenai apa yang dapat diubah dalam situasi yang dihadapi untuk memecahkan masalah. Merumuskan penyataan yang dapat diuji disebut penyusunan hipotesis. Supardi (2005) berpendapat bahwa Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,  dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan kedalam bentuk kalimat pertanyaan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti apakah kerangka teoritis memiliki pengaruh terhadap penyusunan hipotesis.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1    Apakah yang dimaksud dengan kerangka teoritis dan hipotesis?
1.2.2    Apakah yang dimaksud dengan variabel dan apa saja jenis-jenis dari variabel tresebut?
1.2.3    Adakah hubungan antarvariabel?
1.3  Tujuan
1.3.1   Tujuan Khusus: Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas metodologi penelitian di semester 5.
1.3.2   Tujuan Umum: Penulis bermaksud mengupas dan membagi pengetahuan tentang  proses penelitian pada tahap ke empat dan tahap ke lima yaitu tentang kerangka teoritis dan penyusunan hipotesis, dan untuk mengetahui apa arti variabel dan apa saja jenis-jenis variabel serta hubungan antarvariabel.
1.4  Manfaat
1.4.1   Penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan tentang kerangka teoritis dan penyusunan hipotesis baik untuk penulis sendiri maupun untuk pembaca.
1.4.2   Memberikan keyakinan pada mahasiswa mengenai ketepatan dalam proses penelitian.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kerangka Teoritis, Penyusunan Hipotesis


 

Sumber: Sekaran (2011: 113)
2.2 Kebutuhan akan Kerangka Teoritis
Setelah melakukan wawancara, menyelesaikan survey literatur, dan mendefinisikan masalah, Anda telah siap untuk membuat kerangka teoretis. Kerangka teoretis adalah model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seseorang menyusun teori atau menghubungan secara logis beberapa factor yang dianggap penting untuk masalah. Teori tersebut mengalir secara logis dari dokumentasi penelitian sebelumnya dalam bidang masalah. Singkatnya, kerangka teoretis membahas saling ketergantungan antarvariabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi yang sedang diteliti. Penyusun kerangka konseptual tersebut membantu kita untuk mendalikan atau menghipotesiskan dan menguji hubungan tertentu, dan dengan demikian, meningkatkan pemahaman kita mengenai dinamika situasi, yang dijelaskan pada buku Sekaran (2011: 114).
Sugiyono (2012: 39) berpendapat bahwa kerangka teoritis dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori–teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan.
Dengan demikian, dari kerangka teoretis bisa disusun hipotesis yang dapat diuji untuk megetahui apakah teori yang dirumuskan valid atau tidak. Hubungan yang dihipotesiskan tersebut kemudian dapat diuji dengan analisis statistik yang tepat. Jadi, seluruh penelitian bergantung pada dasar kerangka teoretis. Bahkan, jika hipotesis yang dapat diuji tidak perlu disusun (seperti dalam sejumlah proyek penelitian terapan), penyusunan kerangka teoretis yang baik adalah hal utama unuk mendalami masalah yang sedang diteliti, menurut buku Sekaran (2011: 114-115).
Karena kerangka teoretis memberikan konsep konseptual bagi penelitian, dan karena kerangka teoretis tidak lain adalah mendefinisikan jaringan hubungan antarvariabel yang dianggap penting bagi studi terhadap situasi masalah apa pun, sangat penting untuk memahami apa arti variabel dan apa saja jenis variabel yang ada. Sekaran (2011: 115).
2.3 Variabel
Sekaran (2011: 115) berpendapat bahwa variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda. Contoh variabel adalah unit produksi, absensi, dan motivasi.
Variabel adalah sebuah notasi, seperti misalnya X, Y, Z yang dianggap menggambarkan suatu set nilai, yang disebut domain atau jangkauan dari variabel tersebut menurut Susanti (2010: 25). Selain itu Sugiyono (2012: 38) menyimpulkan dimana variabel ialah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Contoh:
Sekaran (2011: 115) memberikan contoh tentang unit produksi: Seorang buruh dalam departemen produksi mungkin memproduksi satu komponen per menit, buruh kedua mungkin memproduksi dua per menit, buruh ketiga mungkin memproduksi lima per menit. Mungkin juga bahwa buruh yang sama dapat memproduksi satu komponen pada menit pertama, dan lima komponen pada menit berikutnya. Dalam kedua kasus tersebut, jumlah komponen yang diproduksi mempunyai nilai yang berbeda dan arena itu merupakan sebuah variable.
Contoh:
Absensi: Hari ini tiga staf dalam departemen penjualan absen; besok enam tidak masuk kerja; hari berikut; tidak ada yang absen. Jadi secara teoretis niali berkisar dari “tidak ada” ke “semua” karyawan absen, pada variabel absensi. Sekaran (2011: 115).
Contoh:
Sekaran (2011: 115) Motivasi: Tingkat motivasi orang untuk belajar dalam kelas atau dalam tim kerja mempunyai nilai beragam yang berkisar dari “sangat rendah” ke “sangat tinggi”. Motivasi orang untuk belajar di kelas yang berbeda atau tim kerja yang berbeda juga mempunyai nilai yang tidak sama. Sekarang, bagaimana kita mengukur tingkat motivasi adalah hal yang sepenuhnya berbeda. Faktor yang disebut motivasi harus dikurangi dari tingkat abstraksinya dan diberlakukan dalam cara yang dapat diukur.
2.3.1 Jenis Variabel
Empat jenis variabel utama menurut Sekaran (2010: 116), sebagai berikut:
1.    Variabel terikat (dependent variable, disebut juga variabel kriteria-criterion variable).
2.    Variabel bebas (independent variable, disebut juga variabel prediktor-predictor variable).
3.    Variabel moderator (moderating variable).
4.    Variabel antara (intervening variable).
2.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Tujuan peneliti adalah memahami dan membuat variabel terikat, menjelaskan variabilitasnya, atau memprediksinya. Dengan kata lain, variabel terikat merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi. Melalui analisis terhadap variabel terikat (yaitu, menemukan variabel yang mempengaruhinya), adalah mungkin untuk menemukan jawaban atau solusi atas masalah. Untuk tujuan tersebut, peneliti akan tertarik untuk menguantifikasi dan mengukur variabel terikat, sama seperti variabel lain yang mempengaruhi variabel tersebut. Sekaran (2010: 116).
Contoh:
Seorang manajer merasa prihatin bahwa penjualan sebuah produk yang baru saja diluncurkan setelah dilakukan uji pemasaran tidak memenuhi harapannya. Variabel terikat disini adalah penjualan. Karena penjualan produk dapat bervariasi-bisa rendah, sedang atau tinggi-hal tersebut adalah variabel; karena penjualan merupakan fokus utama manajer, hal tersebut adalah variabel terikat. Sekaran (2010: 116).
Variabel terikat adalah variabel yang diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini sebagai variabel ini sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus/topik penelitian. Bambang dan Lina (2010: 67-68).
Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang menjadi “sasaran” dari rekayasa atau manipulasi dari variabel bebas (independent). Variabel terikat kadang disebut pula “variabel post test”, “variabel kriterion”, atau “variabel terpengaruh”. Irawan (2003: 42).
2.3.3 Perbedaan Variabel Bebas dan Variabel Moderator
Variabel Bebas
Sekaran (2010: 117) berpendapat bahwa variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, entah secara positif atau negatif. Yaitu, jika terhadap variabel bebas, variabel terikat juga hadir, dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas, terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel terikat.Dengan kata lain, varians variabel terikat ditentukan oleh variabel bebas. Untuk membangun hubungan sebab-akibat, variabel bebas dimanipulasi (manipulated).
Contoh:
Penelitian menunjukan bahwa keberhasilan pengembangan produk baru berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Yaitu, semakin sukses peluncuran produk baru, semakin tinggi harga saham perusahaan. Karena itu, kesuksesan produk baru (success of the new product) adalah variabel bebas, dan harga saham perusahaan (stock market price) merupakan variabel terikat. Tingkat keberhasilan pengembangan produk baru yang dirasakan akan menjelaskan varians dalam harga saham perusahaan. Sekaran (2010: 118).
Text Box: Kesuksesan
Produk baru
Rounded Rectangle: Harga saham
perusahaan
Diagram hubungan antara variabel bebas (kesuksesan produk baru) dan variabel terikat (harga saham perusahaan).


 


                       
Variabel bebas                                                 Variabel terikat
Prasetyo (2010: 67) menyatakan bahwa Variabel bebas (independent variable) adalah suatu variabel yang ada atau terjadi mendahului variabel terikatnya. Keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik.
Variabel bebas (independent) adalah variabel yang direkayasa (dimanipulasi) untuk melihat pengaruhnya terhadap variabel lain. Variabel independen ini kadang-kadang  juga disebut “variabel eksperimental” atau “variabel treatment” bila kita melakukan suatu penelitian eksperimental. Variabel ini juga disebut “variabel pengaruh”. Irawan (2003: 42).
Variabel Moderator
Menurut Sekaran (2010: 119-120) Variabel moderator (moderating variable) adalah variabel yang mempunyai pengaruh ketergantungan (contingent effect) yang kuat dengan hubungan variabel terikat dan variabel bebas. Yaitu, kehadiran variabel ketiga (variabel moderator) mengubah hubungan awal antara variabel bebas dan terikat.
Contoh:
Ditemukan bahwa ada hubungan antara ketersediaan Buku Pedoman Referensi yang dapat diakses oleh karyawan perusahaan manufaktur, dan produk cacat. Yaitu, jika pekerja mengikuti prosedur yang ditentukan dalam buku pedoman, mereka mampu menghasilkan produk yang tidak cacat.







Text Box: Ketersediaan Buku Pedoman Referensi
Rounded Rectangle: Jumlah Produk Cacat



 



                                     Variabel bebas                                                    Variabel terikat
Text Box: Ketersediaan Buku Pedoman ReferensiRounded Rectangle: #Produk CacatMeskipun hubungan tersebut bisa dikatakan diyakini benar secara umum bagi semua karyawan, namun hal tersebut bergantung pada kecenderungan atau keinginan karyawan untuk membaca Buku Pedoman setiap kali sebuah prosedur baru diterapkan. Dengan kata lain, hanya mereka yang memerhatikan dan ingin memacu pada buku pedoman setiap kali sebuah proses baru digunakan yang akan menghasilkan produk yang tidak cacat. Karyawan lain yang tidak melakukan hal tersebut, tidak akan memetik manfaat dan akan terus menghasilkan produk cacat. Sekaran (2010: 120).








 


Flowchart: Decision: Minat dan Kecenderungan                             Variabel bebas                                                                 Variabel terikat

                  

                                                        
Variabel moderator
Bambang dan Lina (2010: 68) berpendapat bahwa Variabel antara (intervening variable) yang memiliki kedudukan sebagai variabel yang berada di antara variabel bebas dan terikat. Keberadaan hubungan ini variabel bebas dan variabel terikat tergantung dari keberadaan variabel ini karena variabel bebas harus memengaruhi variabel antara ini yang dapat menimbulkan perubahan pada variabel terikat.
                        Variabel Bebas                        Variabel Antara                       Variabel Terikat
                     Tingkat Pendidikan                       Minat Politik                  Partisipasi Masyarakat
                                                                                                                 dalam Pemilu
Variabel moderator adalah variabel “penengah” antara variabel satu dengan variabel lainnya. Misalnya kita ingin mengetahui apakah hasil tes bahasa Inggris (variabel pengaruh) mempengaruhi hasil tes matematika (variabel terpengaruh). Jika kita masukan variabel lain (misalnya variabel jenis kelamin, atau variabel sosio-ekonomi dari para siswa yang diteliti) untuk lebih menjelaskan pola hubungan antara variabel bahasa Inggris dengan variabel matematika, maka variabel ketiga ini disebut juga sebagai “variabel moderator”. Irawan (2003: 42-43).
·      Perbedaaan Variabel Bebas dan Variabel Moderator
Sering muncul kebingungan mengenai kapan sebuah variabel diperlakukan sebagai variabel bebas dan kapan variabel tersebut menjadi variabel moderator. Misalnya, mungkin terdapat dua situasi sebagai berikut:
Situasi 1
Sebuah studi menemukan bahwa semakin baik kualitas program pelatihan organisasi dan semakin besar kebutuhan pertumbuhan karyawan (yaitu, di mana kebutuhan akan pengembangan dan pertumbuhan dalam pekerjaan kuat), semakin besar keinginan mereka untuk mempelajari cara-cara baru dalam melakukan pekerjaan. Sekaran (2010: 121).
Text Box: Keragaman tenaga kerjaRounded Rectangle: Efektivitas organisasiHubungan antara tiga variabel: keragaman tenaga kerja, efektivitas organisasi, dan keahlian manajerial.








 


Flowchart: Decision: Keahlian manajerial           
     Variabel bebas                                                  Variabel terikat




Variabel Moderator
Situasi 2
Studi lain menunjukan bahwa kesediaan karyawan untuk mempelajari cara-cara baru dalam melakukan pekerjaan adalah tidak dipengaruhi oleh kualitas program pelatihan yang diberikan oleh organisasi kepada semua orang tanpa perbedaan apa pun. Hanya mereka dengan kebutuhan pertumbuhan yang tinggi yang tampaknya mempunyai hasrat untuk mempelajari cara-cara baru melalui pelatihan khusus. Sekaran (2010: 122).
Dalam kedua situasi di atas, kita mempunyai tiga variabel yang sama. Dalam kasus pertama, program pelatihan dan kekuatan kebutuhan pertumbuhan merupakan variabel bebas yang mempegaruhi kesediaan karyawan untuk belajar, yang merupakan variabel terikat. Tetapi, dalam kasus kedua, kualitas program pelatihan merupakan variabel bebas, dan meskipun variabel terikat tetap sama, kekuatan  kebutuhan pertumbuhan menjadi variabel moderator. Dengan kata lain, hanya mereka dengan kebutuhan pertumbuhan tinggi yang menunjukan keinginan dan kemampuan adaptasi yang lebih besar untuk belajar melakukan hal-hal baru jika kualitas program pelatihan ditingkatkan. Dengan demikian, hubungan antara varibel bebas dan terikat sekarang menjadi tergantung pada kehadiran sebuah moderator. Sekaran (2010: 122).
2.3.4 Variabel Antara
Variabel antara (intervening variable) adalah variabel yang mengemuka antara waktu variabel bebas mulai bekerja memengaruhi variabel terikat, dan waktu pengaruh variabel bebas terasa pada variabel terikat. Vaiabel antara mengemuka sebagai sebuah fungsi variabel bebas yang berlaku dalam situasi apa pun, serta membantu mengonsepkan dan menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sekaran (2011: 124).
Ilustrasi mengenai pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat jika sebuah variabel moderator berlaku dalam situasi.


 
Pengaruh bagi mereka yang tinggi dalam kebutuhan pertumbuhan

Pengaruh bagi mereka yang rendah dalam kebutuhan pertumbuhan
                  
                                    Program Pelatihan
   Variabel bebas membantu menjelaskan varians dalam variabel terikat, variabel antara mengemuka pada waktu t2 sebagai fungsi dari variabel bebas, yang juga membantu kita mengonsepkan hubungan antara variabel bebas dan terikat, dan variabel moderator mempunyai pengaruh ketergantungan pada huhungan antara dua variabel. Untuk membedakannya, ketika variabel bebas menjelaskan varians dalam variabel terikat, variabel antara tidak menambahkan varians yang telah dijelaskan oleh variabel bebas, sedangkan variabel moderator mempunyai pengaruh interaksi dengan variabel bebas dalam menjelaskan varians. Yaitu kecuali variabel moderator hadir, teori mengenai hubungan antara kedua variabel lain uang di pertimbangkan tidak akan terbukti.
Diagram hubungan antara variabel bebas, antara, moderator, dan terikat.
Text Box: Keragaman tenaga kerjaParallelogram: Sinergi kreatifRounded Rectangle: Efektivitas organisasiWaktu (time-t): t1                                            t2                                              t3








 


Flowchart: Decision: Keahlian manajerial                        Variabel bebas                      Variabel terikat                               Variebel terikat




   Variabel moderator
2.4 Kerangka Teoritis
Pengertian Teori
Setelah masa penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. (Sugiyono, 2013)
Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Neumen (dalam Sugiyono, 2013) menyatakan bahwa teori adalah seperangkat konstruk (konsep) definisi, dan proporsi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Mark (dalam Sugiyono, 2013) membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:
1.    Teori yang deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kearah data akan diterangkan
2.    Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data kearah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.
3.    Teori yang fungsional: disini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan pengaruh teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan hal tersebut secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya bila tidak itu bukan suatu teori.
Contoh:
Mengapa banyak pengusaha besar yang bangkrut diera reformasi ini, dapat dijelaskan melalui berbagai teori yang berfungsi untuk menjelaskan. Setelah para pengusaha besar bangkrut, maka bagaimana akibatnya terhadap perekonomian nasional (fungsi prediksi). Supaya harga-harga tidak mahal, maka apa yang perlu dilakukan (fungsi control). 
Sugiyono (2013) menjelaskan langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
1.    Tetapkan nama variabel yang teliti, dan jumlah variabelnya.
2.    Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, journal ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
3.    Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang akan diteliti. (Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan).
4.    Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5.    Baca seluruh isi topic buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6.    Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber kedalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
Kerangka teoritis merupakan fondasi dimana seluruh proyek peneitian didasarkan. Kerangka teoritis adalah jaringan asosiasi yang disusun, dijelaskan, dan dielaborasi secara logis antarvariabel yang diangggap relevan pada situasi masalah dan diidentifikasi melalui proses seperti wawancara, pengamatan, dan survei literatur. Pengalaman dan instuisi juga berperan dalam menyususn kerangka teoritis.
Untuk tiba pada solusi masalah yang baik, pertama-tama seseorang harus mengidentifikasi masalah dengan benar, dan kemudian variabel yang memengaruhinya. Setalah mengidentifikasi variabel yang tepat, langkah selanjutnya adalah mengelaborasi jaringan asosiasi antarvariabel, sehingga hipotesis yang relevan dapat disusun dan kemudian diuji. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis (yang akan menunjukkan apakah hipotesis diterima atau ditolak), tingkat di mana masalah dapat dipecahkan pun akan menjadi terbukti. Dengan demikian, kerangka teoritis merupakan langkah yang penting dalam proses penelitian.
Hubungan antara survei literatur dan kerangka teoritis adalah bahwa yang pertama menyediakan fondasi yang kuat untuk menyusun yang terakhir. Yaitu, survei literatur mengidentifikasi variabel yang mungkin penting, sebagaimana ditentukan oleh temuan penelitian sebelumnya. Hal tersebut, sebagai tambahan untuk hubungan logis lainnya yang dapat dikonsepkan, membentuk dasar untuk model teoritis. Kerangka teoritis mengelaborasi hubungan antarvariabel, menjelaskan teori yang menggarisbawahi relasi tersebut, dan menjelaskan sifat dan arah hubungan. Sebagaimana survei literatur memberikan panggung untuk kerangka teoritis yang baik, hal tersebut pada gilirannya menyediakan dasar yang logis untuk menyusun hipotesis yang dapat diuji.
2.4.1 Komponen Kerangka Teoritis
Kita telah menggunakan istilah kerangka teoritis dan model teoritis secara bergantian. Ada perbedaan mengenai apa yang sebuah model benar-benar wakili. Sebagian pihak menjelaskan model sebagai simulasi lainnya melihat model sebagai perwakilan dari hubungan antara dan antarkonsep. Dalam hal ini, kita menggunakan istilah model dalam pengertian yang terakhir sebagai skema konseptual yang menghubungkan konsep-konsep. Sekaran (2011: 129).
Singkatnya, ada hal mendasar yang harus diperhatikan dalam kerangka teoritis.
1.    Variabel yang dianggap relevan untuk studi harus diidentifikasi dan dinamai dengan jelas dalam pembahasan.
2.    Pembahasan harus menyebutkan mengapa dua atau lebih variabel berkaitan satu sama lain. Hal ini sebaiknya dilakukan untuk hubungan penting yang diteorikan berlaku di antara variabel.
3.    Bila sifat dan rah hubungan dapat diteorikan berdasarkan temuan penelitian sebelumnya, maka harus ada indikasi dalam pembahasan mengenai apakah hubungan akan positif atau negatif.
4.    Harus ada penjelasan yang gamblang mengenai mengapa kita memperkirakan hubungan tersebut berlaku. Argumen bisa ditarik dari temuan penelitian sebelumnya.
5.    Suatu diagram skematis kerangka teoritis harus diberikan agar pembaca dapat melihat dan dengan mudah memahami hubungan yang diteorikan.
2.4.2 Kerangka Teoritis untuk contoh
Variabel terikat adalah pelanggaran keamanan, yang merupakan variabel minat utama, dimana varians di coba dijelaskan dengan empat variabel bebas, yaitu komunikasi antaranggota kru, komunikasi antara petugas kontrol bandara dan kru kokpit, pelatihan yang diterima oleh kru kokpit, dan desentralisasi.
Contoh:
Jika pilot memperoleh pelatihan yang memadai untuk menangani situasi darurat di udara, pelanggaran keselamatan penerbangan akan berkurang. Diagram skematis untuk kerangka teoritis yang meliputi variabel antara:


 








Variabel bebas                               Variabel antara            Variabel terikat
Diagram skematis untuk kerangka teoritis yang mencakup variabel moderator:








 







 















Diamond: Pelatihan
 




Variabel bebas                 Variabel moderator             Variabel terikat
2.5 Penyusunan Hipotesis
Setelah  kita mengidentifikasi variabel  penting dalam suatu situasi dan menetapkan hubungan antarvariabel melalui pemikiran logis dalam kerangka teoritis, kita berada dalam posisi untuk menguji apakah hubungan yang diteorikan  benar – benar terbukti kebenarannya. Dengan menguji hubungan tersebut secara ilmiah melalui analisi statistik yang tepat, atau melalui analisis kasus negatif (negative case analysis) dalam penelitian kualitatif, kita akan memperoleh informasi terpercaya mengenai jenis hubungan yang eksis di antara variabel yang berlaku dalam situasi masalah.  Hasil pengujian tersebut memberi beberapa solusi mengenai apa yang dapat diubah dalam situas yang dihadapi untuk memecahkan masalah. Merumuskan penyataan yang dapat diuji disebut penyusunan hipotesis.
2.5.1 Definisi Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban permasalahan sementara yang bersifat dugaan dari suatu penelitian.  Dugaan ini harus dibuktikan  kebenarannya melalui data empiris (fakta lapangan). sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua ata lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang telah diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelitian.
Supardi (2005) berpendapat bahwa Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,  dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan kedalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan kepada fakta–fakta empiris  yang diperoleh  melalui pengumpulan data.
Kerlinger (dalam Sugiyono, 2012) mengatakan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan  pendugaan, suatu proposisi sementara mengenai hubungan antara dua atau  lebih variabel .
Murdick (dalam Sugiyono, 2012) menyatakan bahwa hipotesis merupakan penjelasan sementara (provisional explanation) mengenai suatu fenomena atau merupakan solusi tentatif terhadap suatau masalah.
Menurut Fathoni (2006), Hipotesis Penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.
Dengan demikian bahwa hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari suatu masalah peelitian, yang harus dijawab secara nyata melalui penelitian yaitu mencari bukti–bukti yang mampu membenarkan hipotesis penelitian. Memang hipotesis penelitian tidak dengan sendirinya harus terbukti kebenarannya, akan tetapi apapun hasilnya yang lebih penting adalah kemampuan peneliti untuk mecari jawaban dengan data, fakta lapangan yang sebenarnya.
Sementara itu membicarakan hipotesis penelitian tidak akan terlepas dengan penguraian tentang variabel penelitian. Variabel penelitian merupakan pengukuran hipotesis.
Ø Fungsi Hipotesis
Dalam praktik penelitian sering terjadi diskusi, berbagai jawaban dengan argumentasinya masing–masing mencoba menjelaskan dari beberapa refrensi  diperoleh gambaran bahwa bagi peneliti yang telah mampu merumuskan dugaan awal (sementara) dari masalah yang akan dipecahkan dapat saja  merumuskan hipotesis penelitian. Keharusan ini lebih–lebih pada penelitian yang bersifat hubungan ariabel–variabel, misalnya penelitian korelasional, penelitian comparative (perbandingan), penelitian verifikasif maupun penelitian penelitian–penelitian eksperimental, sangat perlu adanya hipotesis. Hal ini diperlukan agar arah penelitian dan tujuan penelitian lebih jelas dan tegas.Namun beberapa jenis penelitian misalnya penelitian deskriptif, penelitian eksploratif (pelacakan), penelitian historis kiranya tidak dituntut adanya perumusan hipotesis penelitian.
Fungsi–fungsi penting dari rumusan hipotesis penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
·  Menjadi Arah Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban awal dari pemecahan masalah, dengan demikian hipotesis yang disusun peneliti, akan menjadi arah proses mencari dan mengumpulkan data, arah dalam menganalisis data dan pengambilan kesimpulan penelitian. Dengan demikian hipotesis penelitian memiliki fungsi yang sangat penting agar penelitian dapat berjalan secara lebih efektif dan efisien.
·  Rumusan Hipotesis Memperjelas Tujuan
Setiap penelitian memiliki tujuan penelitian. Tujuan – tujuan penting setiap penelitian adalah memecahkan dan menjawab maslaah penelitian dan membuktikan hipotesis penelitian. Oleh karena itu, hipotesis akan memperjelas dan mempertegas rumusan tujuan penelitian yang hendak dicapai.
·   Memberikan Batasan Ruang Lingkup Penelitian
Hipotesis yang jelas dan tegas akan mampu memberikan batasan ruang lingkup penelitian. Peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian sejak pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian tidak akan keluar dari hubungannya dengan upaya pembuktian hipotesis penelitian. Analisis  dan pembahasan hasil penelitian selalu dibatasi oleh kisi–kisi yang mengarah pada pembenaran dan mencari argumentasi untuk membuktikan hipotesis yang telah ditetapkan .
·  Memberikan Penekanan Konsentrasi Peneliti
Dalam setiap langkah kegiatan penelitian terutama pada kegiatan mencari fakta–fakta  (data) dan informasi lapangan harus sesuai dengan kebutuhan pembuktian hipotesis yang telah ditetapkan. Agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka peneliti dituntut berkonsentrasi untuk  membuktikan hipotesis penelitian melalui pengumpulan data dan informasi yang lengkap.
Ø Kriteria Rumusan Hipotesis
Masalah yang akan dipecahkan peneliti, harus  dicarikan pemecahan dengan mengumpulkan sebanyak–banyaknya informasi. Peneliti harus mencari berbagai alternatif pemecahan yang akhirnya harus memilih pemecahan yang paling mendekati masalah.   Oleh karena itu dalam memduga ini peneliti harus jeli, cermat dan didukung data awal  (hasil studi pustaka) agar ada ketepatann dugaan awal  hipotesis  penelitian tersebut.
Ø Hipotesis disusun secara seksama
Penyusunan hipotesis  tidak dapat dibuat secara asal – asalan atau seadanya. Penyusunan hipotesis harus berpijak pada rumusan masalah penelitian dan hasil telah pustaka. Dari teoritik diolah bersama–sama dengan data sekunder dan hasil observasi lapangan, kemudian merumuskan hipotesis penelitian. Dalam menyusun hipotesis penelitian harus dilakukan secara jeli, telitidan cermat, sehingga jawaban sementara tersebut akan mendekati kenyataan dan ketepatan dengan adanya data langan setelah dilakukan penelitian.
Ø Kalimat Hipotesis adalah Kalimat Pernyataan
Rumusan hipotesis  penelitian yang sederhana untuk dipahami adalah dengan menyusun dalam bentuk kalimat pernyataan  (statement) bukan kalimat tanya (questions). Hal ini diartikan bahwa hipotesis penelitian merupakan kesimpulan sementara yang merupakan jawaban dari masalah penelitian, maka hipotesis bukan kalimat bertanya akan tetapi kalimat pernyataan hasil penelitian.
Ø Rumusan Hipotesis Penelitian Sederhana dan Tegas
Kalimat hipotesis disusun secara sederhana, jelas dan tegas dalam arti mudah dipahami dan dicerna para pembaca  dan tidak memiliki pengertian yang bersifat ganda. Oleh karena itu hipotesis harus sederhana, jelas dan tegas, agar peneliti akan lebih mudah untuk memahami sebagai arah penelitian. Agar penyusunan hipotesis yang sederhana, jelas dan tegas dapat terwujud maka harus didukung oleh persiapan penelitian dengan adanya kejelasan variabel–variabel penelitian.
Ø Hipotesis Disusun Berdasar Asumsi
Sering dalam hubungan antar variabel penelitian diketemukan secara teoritik variabel terikat (dependent) dipengaruhi oleh berbagai variabel bebas (independent). Misalnya bahwa variabel prestasi kerja (variabel terikat)  secara teoritik dapat dipengaruhi oleh berbagai variabel bebas: Kepemimpinan, motivasi, upah, iklim kerja dan sebagainya. Oleh karena itu dalam merumuskan hipotesis dapat didapatkan dari sebuah asumsi, misalnya, prestasi kerja pekerja di perusahaan tersebut akan dipengaruhi variabel  kepemimpinan dengan asumsi bahwa variabel yang lain dianggap konstan.  Dari asumsi tersebut maka pembuktian hipotesis akan lebih terfokus dan terarah.  Tidak lagi peneliti mencari argumentasi dengan variabel–variabel yang lainnya.
Ø Hipotesis: Kalimat Seden, Antiseden, Konsekuen
Bagi Peneliti  pemula merumuskan hipotesis penelitian memiliki hambatan. Kalimat hipotesis  adalah Silogisme yang terdiri dari 3 bagian yaitu kalimat Seden, Anti seden dan Konsekuen. Seden sebuah kalimat yang dimulai dengan kata awal jikalau, atau apabila dan semacamnya, sedangkan anti seden sebuah kalimat yang dimulai dengan kalimat maka. Sementara itu konsekuen merupakan dampak atau akibat dari kalimat yang dimulai kata jikalau dan semacamnya berdasarkan silogisme tersebut.
Ø Hipotesis  Penelitian dibatasi sumberdaya
Kegiatan penelitian secara relatif akan banyak ditentukan atau dibatasi oleh  ketersediaan sumber daya baik sumber daya manusia,dana maupun waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penelitian tersebut. Dengan demikian merumuskan hipotesis penelitian  harus mempertimbangkan kemampuan peneliti itu sendiri baik ditinjau dari kemampuan sumber daya manusia (pengetahuan, pengalaman, waktu yang tersedia) maupun sumber daya dana (pembiayaan penelitian) serta waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penelitian tersebut. Luas dan banyaknya hipotesis penelitian akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumberdaya. Oleh karena itu merumuskan hipotesis penelitian dibatasi oleh sumber daya yang tersedia.
2.5.2 Pernyataan Hipotesis: Format
Pernyataan Jika-Maka (If-Then Statement)
Seperti disebutkan sebelumnya, hipotesis adalah pernyataan yang dapat diuji mengenai hubungan antarvariabel. Hipotesis juga dapat menguji apakah terdapat perbedaan antara dua kelompok (atau antara beberapa kelompok) yang terkait dengan variabel. Untuk mneguji apakah hubungan atau perbedaan yang diperkirakan tersebut eksis atau tidak, hipotesis dapat disusun sebagai proposisi atau dalam bentuk penyertaan jika-maka (if then statement). Kedua format tersebut bisa dilihat dalam dua contoh berikut.
1.    Karyawan yang lebih sehat akan lebih jarang mengambil cuti sakit.
2.    Jika karyawan lebih sehat, maka mereka akan lebih jarang mengambil cuti sakit.
2.5.3 Hipotesis Direksional dan Nondireksional
Jika, dalam menyatakan hubungan antara dua variabel atau membandingkan dua kelompok, istilah-istilah seperti positif, negatif, lebih dari, dan semacamnya digunakan, maka hipotesis tersebut disebut direksional (directional) kearah hubungan antarvariabel (positif/negatif) ditunjukkan, seperti dalam contoh: semakin besar stres yang dialami dalam pekerjaan, semakin rendah kepuasan kerja karyawan. Sifat perbedaan antara dua kelompok pada satu variabel (lebih dari/kurang dari) didalikan, seperti contoh: wanita lebih bermotivasi dibanding pria. Sekaran (2014: 137).
Menurut Supardi (2005: 77) Hipotesis direksional atau hipotesis hubungan adalah hipotesis yang menyatakan saling hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya, yang menunjukkan suatu penelitian korelasional.
Sekaran (2014: 137) menyatakan Hipotesis nondireksional (nondirectional) adalah hipotesis yang mendalikan hubungan atau perbedaan, tetapi tidak memberikan indikasi mengenai arah dari hubungan atau perbedaan tersebut. Dengan kata lain, meskipun mungkin diperkirakan bahwa terdapat hubungan yang sginifikan di antara dua variabel, kita tidak dapat mengatakan apakah hubungan tersebut akan positif atau negatif, seperti contoh: ada hubungan antara usia kerja dan kepuasan kerja.
Supardi (2005: 77) berpendapat bahwa Hipotesis nondireksional atau hipotesis perbedaan menyatakan hubungan perbedaan antara variabel yang satu dengan yang lainnya. Hipotesis ini mencerminkan penelitian komparatif. Guna pembuktian secara statistik, maka rumusan hipotesis hubungan dan perbedaan ini dapat dilakukan dengan membuat rumusan hipotesis masing-masing dengan membuat hipotesis kerja dan hipotesis nol.
Demikian pula, bahkan jika kita dapat memperkirakan bahwa terdapat perbedaan antara dua kelompok pada satu variabel tertentu, kita tidak akan dapat mengatakan kelompok mana yang akan lebih, dan mana yang kurang pada variabel tersebut, seperti contoh: terdapat perbedaan antara nilai etika kerja karyawan Amerika dan Asia.
2.5.4 Hipotesis Nol dan Alternatif
Hipotesis nol (hipotesis nihil atau null hypotheses) adalah proporsi yang menyatakan hubungan yang definitif dan tepat diantara dua variabel. Yaitu, hipotesis ini menyatakan bahwa korelasi populasi antara dua variabel adalah sama dengan nol atau bahwa perbedaan dalam mean (rerata hitung) dua kelompok dalam populasi adalah sama dengan nol (atau suatu angka tertentu). Secara umum, pernyataan nol diungkapkan sebagai tidak ada hubungan (signifikan) antara dua variabel atau tidak ada perbedaan (signifikan) antara dua kelompok. Sekaran (2014: 138).
Menurut Hasan (2004) Hipotesis nol atau hipotesis nihil, disimbolkan Ho adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu pernyataan yang akan diuji. Disebut hipotesis nol karena hipotesis ini tidak memiliki perbedaan atau perbedaannya nol dengan hipotesis sebenarnya. Hipotesis nol ini dapat dinyatakan dengan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Contoh rumusan hipotesis nol.
1)         Tidak ada perbedaan antara ..... dengan .....
Contoh: tidak ada perbedaan anatara mahasiswa semester IV dan VI dalam disiplin kuliah.
2)         Tidak ada pengaruh ..... terhadap .....
Contoh: tidak ada pengaruh pelatihan terhadap kemampuan membaca berita.
Supardi (2005: 76) menyatakan Hipotesis nol merupakan pernyataan untuk menguji secara analisis kunatitatif dengan perhitungan secara statistik. Hipotesis nol tersebut mneyatakan “tidak ada hubungan atau perbedaan” antara variabel yang satu dengan yang lainnya.
Hipotesis alternatif, yang merupakan kebalikan dari hipotesis nol, adalah pernyataan yang mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau menunjukkan perbedaan antara kelompok. Sekaran (2014: 138)
Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, disimbolkan Ha atau H1 adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai lawan/tandingan hipotesis nol. Menurut Hasan (2004). Hipotesis alternatif ini menyatakan adanya perbedaan antara dua variabel, atau ada pengaruh variabel X terhadap variavel Y. Contoh rumusan hipotesis alternatif.
1.         Ada perbedaan antara ..... dan .....
Contoh: ada perbedaan antara mahasiswa semester IV dan semester VI dalam disiplin kuliah.
2.         Ada pengaruh ..... terhadap .....
Contoh: ada pengaruh penelitian terhadap kemampuan membaca berita.
Supardi (2005: 76) berpendapat bahwa Hipotesis kerja atau dengan istilah lain hipotesis alternatif atau hipotesis asli merupakan pernyataan riil suatu gejala dalam hubungan variabel-variabel penelitian. Hipotesis tersebut menyatakan “adanya hubungan atau perbedaan” antara variabel yang satu dengan yang lainnya. Hipotesis kerja ini akan dibuktikan secara statistik, oleh karena itu hipotesis kerja dirubah menjadi hipotesis statistik atau hipotesis nol tersebut.
Hipotesis nol dirumuskan agar dapat diuji untuk penolakan yang mungkin. Jika kita menolak hipotesis nol, maka semua hipotesis alternatif yang diperbolehkan, berkaitan dengan hubungan tertentu yang diuji, dapat diterima.
Setelah merumuskan hipotesis nol dan alternatif, uji statistik yang tepat (uji t, uji f) pun kemudian dapat diterapkan, yang akan menunjukkan apakah hipotesis alternatif diterima atau tidak-yaitu, bahwa ada perbedaan sginifikan antara kelompok atau bahwa terdapat hubungan signifikan di anatar variabel, sebagaimana dinyatakan dalam hipotesis.
Hasan (2004) menjelaskan langkah-langkah yang harus diikuti dalam pengujian hipotesis adalah:
1.    Menyatakan hipotesis nol dan alternatif.
2.    Memilih uji statistik yang tepat berdasarkan apakah data yang dikumpukan adalah parametrik atau nonparametrik.
3.    Menentukan tingkat signifikansi yang diinginkan (ρ = 0,05, atau lebih, atau kurang).
4.    Memastikan jika hasil dari analisis komputer menunjukkan bahwa tingkat signifikansi terpenuhi. Jika, seperti dalam kasus analisis korelasi pearson dalam peranti lunak excel, tingkat signifikansi tidak muncul dalam printout, perhatikan nilai kritis yang menetapkan daerah penerimaan pada tabel yang sesuai (t, F, χ). Nilai kritis tersebut membagi daerah penolakan dari daerah penerimaan hipotesis nol.
5.    Jika nilai hitung lebih besar daripada nilai kritis, hipotesis nol ditolak, dan alternatif diterima. Jika nilai hitung lebih kecil daripada nilai kritis, hipotesis nol diterima dan alternatif di tolak.
Menurut Hasan (2004), contoh dalam menguji hipotesis ini ada beberapa langkah yang harus dilalui, dikenal dengan prosedur pengujian hipotesis, yaitu:
a.    Menentukan formulasi Hipotesisnya
·      Hipotesis nol (Ho)
·      Hipotesis alternatif (H1)
b.    Menentukan Taraf Nyata dan Nilai Tabel
Taraf nyata adalah batas toleransi dalam menerima kesalahan dari hasil hipotesis terhadap nilai parameter populasinya. Taraf nyata dilambangkan dengan α (baca: alfa). Besaran yang sering digunakan untuk menentukan taraf nyata (dinyatakan dalam %) adalah 1%, 5% dan 10%.
c.    Menentukan Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam hal menerima atau menolak hipotesis nol dengan cara membandingkan nilai kritis (nilai α tabel dari distribusinya) dengan nilai uji statistiknya.
·      Hipotesis nol (Ho) diterima jika nilai uji statistiknya berada diluar nilai kritisnya.
·      Hipotesis nol (Ho) ditolak jika nilai uji statistiknya berada dalam nilai-nilai kritisnya.
d.   Melakukan Uji Statistik
Uji statistik ini merupakan rumus-rumus dari distribusi (berhubungan dengan distribusi) tertentu, seperti uji t (distribusi t), uji Z (distribusi Z), uji χ2 (distribusi kai kuadrat), dan sebagainya.
e.    Membuat kesimpulan
Pembuatan kesimpulan ini merupakan penetapan keputusan dalam hal penerimaan atau penolakan hipotesis nol sesuai dengan kriteria pengujian.
Contoh:
Rumusan masalah:
Apakah ada hubungan antara tingkat partisipasi mahasiswa dalam kegiatan politik dengan jenis media yang sering diikutinya.
Hipotesis:
Diduga ada hubungan antara tingkat partisipasi mahasiswa dalam kegiatan politik dan jenis media yang sering diikutinya.
Pengujian hipotesis:
1.    Formulasi hipotesis
Ho: tidak ada hubungan antara tingkat partisipasi dengan jenis media yang diikuti.
H1: ada hubungan antara tingkat partisispasi dengan jenis media yang diikuti.
2.    Taraf nyata (α) dan nilai χ2 tabel
α = 5% = 0,05; db = (2-1) (3-1) = 2
χ2 tabel (χ2 0,05[2]) = 5,991 (lihat tabel χ2 pada lampiran)
3.    Kriteria pengujian
·           Ho diterima jika: χ20 5,991
·           Ho ditolak jika: χ20 5,991
4.    Uji statistik
Jenis Media
Tinggi
Menengah
Rendah
Jumlah
Media cetak
32
26
11
69
Media elektronik
10
14
47
71
Jumlah
42
40
58
140

χ2= (O – E)2
E
O
E
(O –E)2
(O – E)2
E
32
20,7
127,69
    6,17
26
19,7
39,69
    2,01
11
28,6
309,76
  10,83
10
21,3
127,69
    5,99
14
20,3
39,69
    1,96
47
29,4
309,76
10,53 +



   37,49

χ20 = 37,49
5.    Kesimpulan
Karena χ20 = 37,49 > (χ2 0,05[2]) = 5,991 maka Ho ditolak. Jadi, ada hubungan natara tingkat partisipasi dengan jenis media yang diikuti.
2.6 Pengujian hipotesis dengan Penelitian Kualitatif, analisis kasus negatif
Hasan (2004: 30) menyatakan Analisis kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model matematika, model statistik, dan ekonometrik atau model-model tertentu lainnya. Analisis data yang dilakukan terbatas pada teknik pengolahan datanya, seperti pada pengecekan data dan tabulasi. Dalam hal ini, sekedar membaca tabel-tabel, grafik-grafik, atau angka-angka yang tersedia, kemudian melakukan uraian dan penafsiran.
Menurut Sekaran (2014: 143) Hipotesis juga dapat diuji dengan data kualitatif. Misalnya, seorang peneliti membuat kerangka teoritis setelah wawancara yang ekstensif, bahwa perilaku tidak etis oleh karyawan merupakan fungsi dari ketidakmampuan mereka untuk membedakan antara benar dan salah, atau karena kebutuhan yang mendesak akan uang yang lebih banyak, atau ketidakacuhan organisasi terhadap perilaku semacam tersebut. Untuk menguji hipotesis bahwa ketiga faktor tersebut merupakan sebab utama yang menyangkal hipotesis. Bahkan jika suatu kasus tunggal tidak mendukung hipotesis, teori tersebut harus direvisi. Katakanlah bahwa peneliti menemukan satu kasus di mana seseorang dengan sengaja melakukan perilaku tidak etis dalam hal menerima pembayaran kembali (meskipun faktanya ia cukup mampu untuk membedakan benar dari salah, tidak membutuhkan uang, dan mengetahui bahwa organisasi tidak akan membiarkan perilakunya), hanya karena ia ingin “kembali” ke sistem yang “tidak akan menerima sarannya.” Penemuan baru ini melalui penolakan atas hipotesis semula, disebut sebagai metode kasus negatif (negative case methode), memungkinkan peneliti untuk merevisi teori dan hipotesis hingga waktu ketika teori tersebut menjadi kukuh. Dengan demikian, sejauh ini kita telah melihat bagaimana melakukan survei literatur, merumuskan kerangka teoritis, dan menyusun hipotesis.
2.7 Keuntungan Manajerial
Sekaran (2014: 146) menyatakan pada titik ini, cukup mudah untuk mengikuti gerak maju penelitian dari tahap pertama ketika manajer merasakan masalah, ke pengumpulan data awal (termasuk survei literatur), ke penyusunan kerangka teoritis berdasarkan survei literatur dan dipandu oleh pengalaman dan intuisi, serta ke perumusan hipotesis untuk diuji.
Jelas pula bahwa setelah masalah didefinisikan, pengertian yang baik mengenai keempat jenis variabel yang berbeda memperluas pemahaman manajer, misalnya dalam hal bagaimana berbagai faktor bergesekan dengan keadaan organisasi. Pengetahuan tentang bagaimana dan untuk tujuan apa kerangka teoritis dibangun dan hipotesis disusun memampukan manajer untuk menjadi hakim yanng cerdas terhadap laporan penelitian yang diberikan oleh konsultan. Demikian pula, pengetahuan mengenai arti signifikansi, dan mengapa sebuah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, membantu manajer untuk bertahan dalam, atau berhenti dari dugaannya yang, walaupun masuk akal, tidak terbukti. Jika pengetahuan semacam tersebut tidak dimiliki, banyak temuan penelitian tidak akan terlalu berguna bagi manajer dan pengambilan keputusan akan memunculkan kebingungan.

 
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerangka teoretis adalah cara seseorang menyusun teori atau menghubungan teori secara logis dalam beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Variabel adalah sebuah notasi yang dianggap menggambarkan suatu set nilai yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Terdapat empat jenis variabel utama menurut yaitu variabel terikat (dependent variable, disebut juga variabel kriteria-criterion variable), variabel bebas (independent variable, disebut juga variabel prediktor-predictor variable), variabel moderator (moderating variable), dan variabel antara (intervening variable).
Hipotesis adalah suatu jawaban permasalahan sementara yang bersifat dugaan dari suatu penelitian. Hipotesis penelitian terbagi dalam bebrapa jenis ataumacam diantaranya hipotesis direksional dan nondireksional serta hipotesis nol dan alternatif.

DAFTAR PUSTAKA
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Irawan, P. 2003. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN Press.
Prasetyo, Bambang & Jannah, Lina Miftahul. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif:Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Sekaran, Uma. 2011. Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis. Yogyakarta: Uii Press.
Susanti, Meilia Nur Indah. 2010. Statistika Deskriptif & Induktif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar