PENGANTAR
PENELITIAN
Disusun
Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Dosen
Penguji:
ANGGA
HIDAYAT
0426108802
Dibuat
oleh:
1.
ANANTAMA
R. 2013121151
2.
HANI
AMARINI 2013122163
3.
KORI
PUTRI M. 2013121200
4.
LISA
AGUSTINA 2013121367
5.
MAULVI
YUDISTIRA 2013120886
PROGRAM
STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
PAMULANG
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’aalamin,
segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Berkat
limpahan taufik dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar.
Atas segala kerendahan dan ketulusan
hati penulis mengucapkan rasa terimakasih kepadaseluruh pihak yang telah
membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan makalah ini. Ucapan terimakasih
penulis sampaikan kepada:
1.
Ketua
Yayasan Sasmita Jaya Drs. H. Darsono,
2.
Rektor
Universitas Pamulang Dr. H. Dayat Hidayat, MM,
3.
Ketua
Program Studi Akuntansi H. Endang Ruhiyat SE, MM,
4.
Angga
Hidayat, selaku dosen Metodologi Penelitian,
5.
Kedua
orang tua tercinta, untuk Mama dan Papa yang selalu membantu secara moral dan
materi serta selalu mengiringi penulis melalui doa dan restu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih belum sempurna dan masih belum lengkap. Demi menyempurnakan dan
melengkapi makalah ini, penulis berharap koreksi dan saran karena penulis yakin
masih banyak kekurangan dan kesalahan yang dilakukan penulis dalam penyusunan
makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan pihak yang membutuhkannya.
Pamulang,
November 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1
Latarbelakang 1
1.2
Rumusan
Masalah 2
1.3
Tujuan 2
1.4
Manfaat
2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Kerangka Teoritis, Penyusunan Hipotesis 3
2.2 Kebutuhan akan Kerangka Teoritis 4
2.3 Variabel 4
2.3.1 Jenis Variabel 5
2.3.2 Variabel Terikat 6
2.3.3 Perbedaan Variabel Bebas dan Variabel Moderator 6
2.3.4 Variabel Antara 10
2.4 Kerangka Teoritis 12
2.4.1 Komponen Kerangka Teoritis 14
2.4.2 Kerangka Teoritis untuk contoh 14
2.5
Penyusunan Hipotesis 15
2.5.1 Definisi Hipotesis 16
2.5.2 Pernyataan Hipotesis: Format 20
2.5.3 Hipotesis Direksional dan Non Direksional 20
2.5.4 Hipotesis Nol dan Alternatif 21
2.6
Pengujian Hipotesis dengan Penelitian Kualitatif: Analisis Kasus Negatif. 25
2.7 Keuntungan Manajerial 26
BAB III PENUTUP 28
3.1 Kesimpulan 29
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam pembahasan pada bab sebelumnya, fokus kita adalah mempelajari
bagaimana membatasi dan mendefinisikan masalah penelitian secara jelas. Tetapi,
definisi saja tidak akan memecahkan masalah. Pada pembahasan kali ini kita
dapat menelusuri kesuluruhan proses yangditunjukkan dalam model proses
penelitian. Dua langkah berikut, yaitu berkaitan dengan membuat kerangka
teoritis dan menyusun hipotesis yang dapat diuji.
Setelah
melakukan wawancara, menyelesaikan survey literatur, dan mendefinisikan
masalah, Anda telah siap untuk membuat kerangka teoretis. Prof. Dr. Sugiono
(2012: 39) berpendapat bahwa Kerangka teoretis dimaksudkan untuk memberikan
gambaran atau batasan-batasan tentang teori–teori yang dipakai sebagai landasan
penelitian yang akan dilakukan.
Dengan demikian,
dari kerangka teoritis bisa disusun hipotesis yamg dapat diuji untuk mengetahui
apakah teori yang dirumuskan valid atau tidak. Karena kerangka teoretis
memberikan konsep konseptual bagi penelitian, dan karena kerangka teoretis
tidak lain adalah mendefinisikan jaringan hubungan antarvariabel yang dianggap
penting bagi studi terhadap situasi masalah apa pun, sangat penting untuk
memahami apa arti variabel dan apa saja jenis variabel yang ada. Sekaran (2011:
115).
Setelah kita mengidentifikasi variabel penting dalam suatu situasi dan menetapkan
hubungan antarvariabel melalui pemikiran logis dalam kerangka teoritis, kita
berada dalam posisi untuk menguji apakah hubungan yang diteorikan benar–benar terbukti kebenarannya. Hasil
pengujian tersebut memberi beberapa solusi mengenai apa yang dapat diubah dalam
situasi yang dihadapi untuk memecahkan masalah. Merumuskan penyataan yang dapat
diuji disebut penyusunan hipotesis. Supardi (2005) berpendapat bahwa Hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan kedalam bentuk kalimat pertanyaan. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk meneliti apakah kerangka teoritis memiliki pengaruh terhadap penyusunan
hipotesis.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah
yang dimaksud dengan kerangka teoritis dan hipotesis?
1.2.2
Apakah
yang dimaksud dengan variabel dan apa saja jenis-jenis dari variabel tresebut?
1.2.3
Adakah
hubungan antarvariabel?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Khusus: Penulisan makalah ini bertujuan untuk
menyelesaikan tugas metodologi penelitian di semester 5.
1.3.2
Tujuan Umum: Penulis bermaksud mengupas dan membagi
pengetahuan tentang proses penelitian
pada tahap ke empat dan tahap ke lima yaitu tentang kerangka teoritis dan
penyusunan hipotesis, dan untuk mengetahui apa arti variabel dan apa saja jenis-jenis
variabel serta hubungan antarvariabel.
1.4
Manfaat
1.4.1
Penelitian
ini dapat memperkaya pengetahuan tentang kerangka teoritis dan penyusunan
hipotesis baik untuk penulis sendiri maupun untuk pembaca.
1.4.2
Memberikan
keyakinan pada mahasiswa mengenai ketepatan dalam proses penelitian.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Kerangka Teoritis, Penyusunan Hipotesis
Sumber: Sekaran (2011: 113)
2.2 Kebutuhan akan Kerangka Teoritis
Setelah
melakukan wawancara, menyelesaikan survey literatur, dan mendefinisikan
masalah, Anda telah siap untuk membuat kerangka teoretis. Kerangka teoretis
adalah model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seseorang menyusun
teori atau menghubungan secara logis beberapa factor yang dianggap penting
untuk masalah. Teori tersebut mengalir secara logis dari dokumentasi penelitian
sebelumnya dalam bidang masalah. Singkatnya, kerangka teoretis membahas saling
ketergantungan antarvariabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika
situasi yang sedang diteliti. Penyusun kerangka konseptual tersebut membantu
kita untuk mendalikan atau menghipotesiskan dan menguji hubungan tertentu, dan
dengan demikian, meningkatkan pemahaman kita mengenai dinamika situasi, yang
dijelaskan pada buku Sekaran (2011: 114).
Sugiyono (2012:
39) berpendapat bahwa kerangka teoritis dimaksudkan untuk memberikan gambaran
atau batasan-batasan tentang teori–teori yang dipakai sebagai landasan
penelitian yang akan dilakukan.
Dengan demikian,
dari kerangka teoretis bisa disusun hipotesis yang dapat diuji untuk megetahui
apakah teori yang dirumuskan valid atau tidak. Hubungan yang dihipotesiskan
tersebut kemudian dapat diuji dengan analisis statistik yang tepat. Jadi,
seluruh penelitian bergantung pada dasar kerangka teoretis. Bahkan, jika
hipotesis yang dapat diuji tidak perlu disusun (seperti dalam sejumlah proyek
penelitian terapan), penyusunan kerangka teoretis yang baik adalah hal utama
unuk mendalami masalah yang sedang diteliti, menurut buku Sekaran (2011: 114-115).
Karena kerangka
teoretis memberikan konsep konseptual bagi penelitian, dan karena kerangka
teoretis tidak lain adalah mendefinisikan jaringan hubungan antarvariabel yang
dianggap penting bagi studi terhadap situasi masalah apa pun, sangat penting
untuk memahami apa arti variabel dan apa saja jenis variabel yang ada. Sekaran
(2011: 115).
2.3 Variabel
Sekaran (2011:
115) berpendapat bahwa variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau
membawa variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek
atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang
berbeda. Contoh variabel adalah unit produksi, absensi, dan motivasi.
Variabel adalah
sebuah notasi, seperti misalnya X, Y, Z yang dianggap menggambarkan suatu set
nilai, yang disebut domain atau jangkauan dari variabel tersebut menurut
Susanti (2010: 25). Selain itu Sugiyono (2012: 38) menyimpulkan dimana variabel
ialah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya.
Contoh:
Sekaran (2011:
115) memberikan contoh tentang unit
produksi: Seorang buruh dalam departemen produksi mungkin memproduksi
satu komponen per menit, buruh kedua mungkin memproduksi dua per menit, buruh
ketiga mungkin memproduksi lima per menit. Mungkin juga bahwa buruh yang sama
dapat memproduksi satu komponen pada menit pertama, dan lima komponen pada
menit berikutnya. Dalam kedua kasus tersebut, jumlah komponen yang diproduksi
mempunyai nilai yang berbeda dan arena itu merupakan sebuah variable.
Contoh:
Absensi: Hari ini tiga
staf dalam departemen penjualan absen; besok enam tidak masuk kerja; hari
berikut; tidak ada yang absen. Jadi secara teoretis niali berkisar dari “tidak
ada” ke “semua” karyawan absen, pada variabel absensi. Sekaran (2011: 115).
Contoh:
Sekaran (2011:
115) Motivasi: Tingkat motivasi orang untuk belajar
dalam kelas atau dalam tim kerja mempunyai nilai beragam yang berkisar dari
“sangat rendah” ke “sangat tinggi”. Motivasi orang untuk belajar di kelas yang
berbeda atau tim kerja yang berbeda juga mempunyai nilai yang tidak sama.
Sekarang, bagaimana kita mengukur tingkat motivasi adalah hal yang sepenuhnya
berbeda. Faktor yang disebut motivasi harus dikurangi dari tingkat abstraksinya
dan diberlakukan dalam cara yang dapat diukur.
2.3.1 Jenis Variabel
Empat jenis variabel utama menurut
Sekaran (2010: 116), sebagai berikut:
1.
Variabel
terikat (dependent variable, disebut
juga variabel kriteria-criterion variable).
2.
Variabel
bebas (independent variable, disebut
juga variabel prediktor-predictor
variable).
3.
Variabel
moderator (moderating variable).
4.
Variabel
antara (intervening variable).
2.3.2 Variabel Terikat
Variabel
terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Tujuan
peneliti adalah memahami dan membuat variabel terikat, menjelaskan variabilitasnya,
atau memprediksinya. Dengan kata lain, variabel terikat merupakan variabel
utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi. Melalui analisis
terhadap variabel terikat (yaitu, menemukan variabel yang mempengaruhinya),
adalah mungkin untuk menemukan jawaban atau solusi atas masalah. Untuk tujuan
tersebut, peneliti akan tertarik untuk menguantifikasi dan mengukur variabel
terikat, sama seperti variabel lain yang mempengaruhi variabel tersebut.
Sekaran (2010: 116).
Contoh:
Seorang manajer
merasa prihatin bahwa penjualan sebuah produk yang baru saja diluncurkan
setelah dilakukan uji pemasaran tidak memenuhi harapannya. Variabel terikat
disini adalah penjualan. Karena penjualan produk dapat bervariasi-bisa rendah,
sedang atau tinggi-hal tersebut adalah variabel; karena penjualan merupakan
fokus utama manajer, hal tersebut adalah variabel terikat. Sekaran (2010: 116).
Variabel
terikat adalah variabel yang diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel
bebas. Keberadaan variabel ini sebagai variabel ini sebagai variabel yang
dijelaskan dalam fokus/topik penelitian. Bambang dan Lina (2010: 67-68).
Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang menjadi
“sasaran” dari rekayasa atau manipulasi dari variabel bebas (independent).
Variabel terikat kadang disebut pula “variabel post test”, “variabel
kriterion”, atau “variabel terpengaruh”. Irawan (2003: 42).
2.3.3 Perbedaan Variabel Bebas dan Variabel Moderator
Variabel Bebas
Sekaran (2010:
117) berpendapat bahwa variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
variabel terikat, entah secara positif atau negatif. Yaitu, jika terhadap
variabel bebas, variabel terikat juga hadir, dan dengan setiap unit kenaikan
dalam variabel bebas, terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel
terikat.Dengan kata lain, varians variabel terikat ditentukan oleh variabel
bebas. Untuk membangun hubungan sebab-akibat, variabel bebas dimanipulasi (manipulated).
Contoh:
Penelitian
menunjukan bahwa keberhasilan pengembangan produk baru berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan. Yaitu, semakin sukses peluncuran produk baru, semakin
tinggi harga saham perusahaan. Karena itu, kesuksesan produk baru (success of the new product) adalah
variabel bebas, dan harga saham perusahaan (stock
market price) merupakan variabel terikat. Tingkat keberhasilan pengembangan
produk baru yang dirasakan akan menjelaskan varians dalam harga saham
perusahaan. Sekaran (2010: 118).
Diagram hubungan antara variabel bebas (kesuksesan produk baru) dan
variabel terikat (harga saham perusahaan).
Variabel bebas Variabel
terikat
Prasetyo (2010:
67) menyatakan bahwa Variabel bebas (independent variable) adalah suatu
variabel yang ada atau terjadi mendahului variabel terikatnya. Keberadaan
variabel ini dalam penelitian kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan
terjadinya fokus atau topik.
Variabel bebas (independent) adalah variabel yang direkayasa
(dimanipulasi) untuk melihat pengaruhnya terhadap variabel lain. Variabel
independen ini kadang-kadang juga
disebut “variabel eksperimental” atau “variabel treatment” bila kita melakukan
suatu penelitian eksperimental. Variabel ini juga disebut “variabel pengaruh”.
Irawan (2003: 42).
Variabel Moderator
Menurut Sekaran
(2010: 119-120) Variabel moderator (moderating
variable) adalah variabel yang mempunyai pengaruh ketergantungan (contingent effect) yang kuat dengan
hubungan variabel terikat dan variabel bebas. Yaitu, kehadiran variabel ketiga
(variabel moderator) mengubah hubungan awal antara variabel bebas dan terikat.
Contoh:
Ditemukan bahwa
ada hubungan antara ketersediaan Buku Pedoman Referensi yang dapat diakses oleh
karyawan perusahaan manufaktur, dan produk cacat. Yaitu, jika pekerja mengikuti
prosedur yang ditentukan dalam buku pedoman, mereka mampu menghasilkan produk
yang tidak cacat.
Variabel bebas Variabel terikat
Meskipun hubungan tersebut bisa dikatakan diyakini benar secara
umum bagi semua karyawan, namun hal tersebut bergantung pada kecenderungan atau
keinginan karyawan untuk membaca Buku Pedoman setiap kali sebuah prosedur baru
diterapkan. Dengan kata lain, hanya mereka yang memerhatikan dan ingin memacu
pada buku pedoman setiap kali sebuah proses baru digunakan yang akan
menghasilkan produk yang tidak cacat. Karyawan lain yang tidak melakukan hal
tersebut, tidak akan memetik manfaat dan akan terus menghasilkan produk cacat. Sekaran
(2010: 120).
Variabel
bebas Variabel terikat
Variabel
moderator
Bambang dan
Lina (2010: 68) berpendapat bahwa Variabel antara (intervening variable)
yang memiliki kedudukan sebagai variabel yang berada di antara variabel bebas
dan terikat. Keberadaan hubungan ini variabel bebas dan variabel terikat
tergantung dari keberadaan variabel ini karena variabel bebas harus memengaruhi
variabel antara ini yang dapat menimbulkan perubahan pada variabel terikat.
Variabel
Bebas Variabel
Antara Variabel
Terikat
Tingkat
Pendidikan Minat Politik Partisipasi Masyarakat
dalam
Pemilu
Variabel moderator adalah variabel “penengah” antara variabel satu
dengan variabel lainnya. Misalnya kita ingin mengetahui apakah hasil tes bahasa
Inggris (variabel pengaruh) mempengaruhi hasil tes matematika (variabel
terpengaruh). Jika kita masukan variabel lain (misalnya variabel jenis kelamin,
atau variabel sosio-ekonomi dari para siswa yang diteliti) untuk lebih
menjelaskan pola hubungan antara variabel bahasa Inggris dengan variabel
matematika, maka variabel ketiga ini disebut juga sebagai “variabel moderator”.
Irawan (2003: 42-43).
·
Perbedaaan Variabel Bebas dan Variabel Moderator
Sering muncul
kebingungan mengenai kapan sebuah variabel diperlakukan sebagai variabel bebas
dan kapan variabel tersebut menjadi variabel moderator. Misalnya, mungkin
terdapat dua situasi sebagai berikut:
Situasi 1
Sebuah studi
menemukan bahwa semakin baik kualitas program pelatihan organisasi dan semakin
besar kebutuhan pertumbuhan karyawan (yaitu, di mana kebutuhan akan
pengembangan dan pertumbuhan dalam pekerjaan kuat), semakin besar keinginan
mereka untuk mempelajari cara-cara baru dalam melakukan pekerjaan. Sekaran
(2010: 121).
Hubungan antara tiga variabel: keragaman tenaga kerja, efektivitas
organisasi, dan keahlian manajerial.
Variabel bebas Variabel terikat
Variabel
Moderator
Situasi 2
Studi lain
menunjukan bahwa kesediaan karyawan untuk mempelajari cara-cara baru dalam
melakukan pekerjaan adalah tidak dipengaruhi oleh kualitas program pelatihan
yang diberikan oleh organisasi kepada semua orang tanpa perbedaan apa pun.
Hanya mereka dengan kebutuhan pertumbuhan yang tinggi yang tampaknya mempunyai
hasrat untuk mempelajari cara-cara baru melalui pelatihan khusus. Sekaran
(2010: 122).
Dalam kedua situasi
di atas, kita mempunyai tiga variabel yang sama. Dalam kasus pertama, program
pelatihan dan kekuatan kebutuhan pertumbuhan merupakan variabel bebas yang
mempegaruhi kesediaan karyawan untuk belajar, yang merupakan variabel terikat.
Tetapi, dalam kasus kedua, kualitas program pelatihan merupakan variabel bebas,
dan meskipun variabel terikat tetap sama, kekuatan kebutuhan pertumbuhan menjadi variabel
moderator. Dengan kata lain, hanya mereka dengan kebutuhan pertumbuhan tinggi
yang menunjukan keinginan dan kemampuan adaptasi yang lebih besar untuk belajar
melakukan hal-hal baru jika kualitas program pelatihan ditingkatkan. Dengan
demikian, hubungan antara varibel bebas dan terikat sekarang menjadi tergantung
pada kehadiran sebuah moderator. Sekaran (2010: 122).
2.3.4 Variabel Antara
Variabel antara
(intervening variable) adalah variabel yang mengemuka antara waktu
variabel bebas mulai bekerja memengaruhi variabel terikat, dan waktu pengaruh
variabel bebas terasa pada variabel terikat. Vaiabel antara mengemuka sebagai
sebuah fungsi variabel bebas yang berlaku dalam situasi apa pun, serta membantu
mengonsepkan dan menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Sekaran (2011: 124).
Ilustrasi
mengenai pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat jika sebuah variabel
moderator berlaku dalam situasi.
Pengaruh bagi mereka yang tinggi dalam kebutuhan pertumbuhan
Pengaruh bagi mereka yang rendah dalam kebutuhan pertumbuhan
Program
Pelatihan
Variabel bebas membantu menjelaskan varians
dalam variabel terikat, variabel antara mengemuka pada waktu t2
sebagai fungsi dari variabel bebas, yang juga membantu kita mengonsepkan
hubungan antara variabel bebas dan terikat, dan variabel moderator mempunyai
pengaruh ketergantungan pada huhungan antara dua variabel. Untuk membedakannya,
ketika variabel bebas menjelaskan varians dalam variabel terikat, variabel
antara tidak menambahkan varians yang telah dijelaskan oleh variabel bebas,
sedangkan variabel moderator mempunyai pengaruh interaksi dengan variabel bebas
dalam menjelaskan varians. Yaitu kecuali variabel moderator hadir, teori
mengenai hubungan antara kedua variabel lain uang di pertimbangkan tidak akan
terbukti.
Diagram
hubungan antara variabel bebas, antara, moderator, dan terikat.
Waktu (time-t): t1 t2
t3
Variabel bebas Variabel terikat Variebel
terikat
Variabel moderator
2.4 Kerangka Teoritis
Pengertian
Teori
Setelah masa penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses
penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan
generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai
landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. (Sugiyono, 2013)
Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Neumen (dalam Sugiyono,
2013) menyatakan bahwa teori adalah seperangkat konstruk (konsep) definisi, dan
proporsi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui
spesifikasi hubungan antar variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan
dan meramalkan fenomena.
Mark (dalam Sugiyono, 2013) membedakan adanya tiga macam teori.
Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian
dapat dibedakan antara lain:
1.
Teori
yang deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau
pikiran spekulatif tertentu kearah data akan diterangkan
2.
Teori
yang induktif: adalah cara menerangkan dari data kearah teori. Dalam bentuk
ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.
3.
Teori
yang fungsional: disini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan
pengaruh teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan
teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan hal tersebut secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa
suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem
pengertian ini diperoleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat
diuji kebenarannya bila tidak itu bukan suatu teori.
Contoh:
Mengapa banyak pengusaha besar yang bangkrut diera reformasi ini,
dapat dijelaskan melalui berbagai teori yang berfungsi untuk menjelaskan.
Setelah para pengusaha besar bangkrut, maka bagaimana akibatnya terhadap
perekonomian nasional (fungsi prediksi). Supaya harga-harga tidak mahal, maka
apa yang perlu dilakukan (fungsi control).
Sugiyono (2013) menjelaskan langkah-langkah untuk dapat melakukan
pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
1.
Tetapkan
nama variabel yang teliti, dan jumlah variabelnya.
2.
Cari
sumber-sumber bacaan (buku, kamus, journal ilmiah, laporan penelitian, skripsi,
tesis) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variabel yang
diteliti.
3.
Lihat
daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel
yang akan diteliti. (Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat
judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel
sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang
diberikan).
4.
Cari
definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang
sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5.
Baca
seluruh isi topic buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan
analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi
setiap sumber data yang dibaca.
6.
Deskripsikan
teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber kedalam bentuk tulisan
dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan
sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
Kerangka
teoritis merupakan fondasi dimana seluruh proyek peneitian didasarkan. Kerangka
teoritis adalah jaringan asosiasi yang disusun, dijelaskan, dan dielaborasi
secara logis antarvariabel yang diangggap relevan pada situasi masalah dan
diidentifikasi melalui proses seperti wawancara, pengamatan, dan survei
literatur. Pengalaman dan instuisi juga berperan dalam menyususn kerangka
teoritis.
Untuk
tiba pada solusi masalah yang baik, pertama-tama seseorang harus
mengidentifikasi masalah dengan benar, dan kemudian variabel yang
memengaruhinya. Setalah mengidentifikasi variabel yang tepat, langkah
selanjutnya adalah mengelaborasi jaringan asosiasi antarvariabel, sehingga
hipotesis yang relevan dapat disusun dan kemudian diuji. Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis (yang akan menunjukkan apakah hipotesis diterima atau
ditolak), tingkat di mana masalah dapat dipecahkan pun akan menjadi terbukti.
Dengan demikian, kerangka teoritis merupakan langkah yang penting dalam proses
penelitian.
Hubungan
antara survei literatur dan kerangka teoritis adalah bahwa yang pertama
menyediakan fondasi yang kuat untuk menyusun yang terakhir. Yaitu, survei
literatur mengidentifikasi variabel yang mungkin penting, sebagaimana
ditentukan oleh temuan penelitian sebelumnya. Hal tersebut, sebagai tambahan
untuk hubungan logis lainnya yang dapat dikonsepkan, membentuk dasar untuk
model teoritis. Kerangka teoritis mengelaborasi hubungan antarvariabel,
menjelaskan teori yang menggarisbawahi relasi tersebut, dan menjelaskan sifat
dan arah hubungan. Sebagaimana survei literatur memberikan panggung untuk
kerangka teoritis yang baik, hal tersebut pada gilirannya menyediakan dasar
yang logis untuk menyusun hipotesis yang dapat diuji.
2.4.1 Komponen Kerangka Teoritis
Kita
telah menggunakan istilah kerangka teoritis dan model teoritis secara
bergantian. Ada perbedaan mengenai apa yang sebuah model benar-benar wakili.
Sebagian pihak menjelaskan model sebagai simulasi lainnya melihat model sebagai
perwakilan dari hubungan antara dan antarkonsep. Dalam hal ini, kita
menggunakan istilah model dalam pengertian yang terakhir sebagai skema
konseptual yang menghubungkan konsep-konsep. Sekaran (2011: 129).
Singkatnya, ada hal mendasar yang harus diperhatikan dalam kerangka
teoritis.
1.
Variabel
yang dianggap relevan untuk studi harus diidentifikasi dan dinamai dengan jelas
dalam pembahasan.
2.
Pembahasan
harus menyebutkan mengapa dua atau lebih variabel berkaitan satu sama lain. Hal
ini sebaiknya dilakukan untuk hubungan penting yang diteorikan berlaku di
antara variabel.
3.
Bila
sifat dan rah hubungan dapat diteorikan berdasarkan temuan penelitian
sebelumnya, maka harus ada indikasi dalam pembahasan mengenai apakah hubungan
akan positif atau negatif.
4.
Harus
ada penjelasan yang gamblang mengenai mengapa kita memperkirakan hubungan
tersebut berlaku. Argumen bisa ditarik dari temuan penelitian sebelumnya.
5.
Suatu
diagram skematis kerangka teoritis harus diberikan agar pembaca dapat melihat
dan dengan mudah memahami hubungan yang diteorikan.
2.4.2 Kerangka Teoritis untuk contoh
Variabel
terikat adalah pelanggaran keamanan, yang merupakan variabel minat utama,
dimana varians di coba dijelaskan dengan empat variabel bebas, yaitu komunikasi
antaranggota kru, komunikasi antara petugas kontrol bandara dan kru kokpit,
pelatihan yang diterima oleh kru kokpit, dan desentralisasi.
Contoh:
Jika pilot
memperoleh pelatihan yang memadai untuk menangani situasi darurat di udara,
pelanggaran keselamatan penerbangan akan berkurang. Diagram skematis untuk
kerangka teoritis yang meliputi variabel antara:
Variabel bebas Variabel antara Variabel terikat
Diagram
skematis untuk kerangka teoritis yang mencakup variabel moderator:
Variabel bebas
Variabel moderator Variabel terikat
2.5 Penyusunan Hipotesis
Setelah kita mengidentifikasi variabel penting dalam suatu situasi dan menetapkan
hubungan antarvariabel melalui pemikiran logis dalam kerangka teoritis, kita
berada dalam posisi untuk menguji apakah hubungan yang diteorikan benar – benar terbukti kebenarannya. Dengan
menguji hubungan tersebut secara ilmiah melalui analisi statistik yang tepat,
atau melalui analisis kasus negatif (negative case analysis) dalam
penelitian kualitatif, kita akan memperoleh informasi terpercaya mengenai jenis
hubungan yang eksis di antara variabel yang berlaku dalam situasi masalah. Hasil pengujian tersebut memberi beberapa
solusi mengenai apa yang dapat diubah dalam situas yang dihadapi untuk
memecahkan masalah. Merumuskan penyataan yang dapat diuji disebut penyusunan
hipotesis.
2.5.1 Definisi Hipotesis
Hipotesis
adalah suatu jawaban permasalahan sementara yang bersifat dugaan dari suatu
penelitian. Dugaan ini harus
dibuktikan kebenarannya melalui data
empiris (fakta lapangan). sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis
diantara dua ata lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang
telah diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang
ditetapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelitian.
Supardi (2005) berpendapat
bahwa Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan kedalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan kepada fakta–fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Kerlinger (dalam
Sugiyono, 2012) mengatakan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan pendugaan, suatu proposisi sementara mengenai
hubungan antara dua atau lebih variabel
.
Murdick (dalam Sugiyono,
2012) menyatakan bahwa hipotesis merupakan penjelasan sementara (provisional
explanation) mengenai suatu fenomena atau merupakan solusi tentatif
terhadap suatau masalah.
Menurut Fathoni
(2006), Hipotesis Penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.
Dengan demikian
bahwa hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari suatu masalah
peelitian, yang harus dijawab secara nyata melalui penelitian yaitu mencari bukti–bukti
yang mampu membenarkan hipotesis penelitian. Memang hipotesis penelitian tidak
dengan sendirinya harus terbukti kebenarannya, akan tetapi apapun hasilnya yang
lebih penting adalah kemampuan peneliti untuk mecari jawaban dengan data, fakta
lapangan yang sebenarnya.
Sementara itu
membicarakan hipotesis penelitian tidak akan terlepas dengan penguraian tentang
variabel penelitian. Variabel penelitian merupakan pengukuran hipotesis.
Ø Fungsi Hipotesis
Dalam praktik penelitian
sering terjadi diskusi, berbagai jawaban dengan argumentasinya masing–masing
mencoba menjelaskan dari beberapa refrensi
diperoleh gambaran bahwa bagi peneliti yang telah mampu merumuskan
dugaan awal (sementara) dari masalah yang akan dipecahkan dapat saja merumuskan hipotesis penelitian. Keharusan
ini lebih–lebih pada penelitian yang bersifat hubungan ariabel–variabel,
misalnya penelitian korelasional, penelitian comparative (perbandingan),
penelitian verifikasif maupun penelitian penelitian–penelitian eksperimental,
sangat perlu adanya hipotesis. Hal ini diperlukan agar arah penelitian dan
tujuan penelitian lebih jelas dan tegas.Namun beberapa jenis penelitian
misalnya penelitian deskriptif, penelitian eksploratif (pelacakan), penelitian
historis kiranya tidak dituntut adanya perumusan hipotesis penelitian.
Fungsi–fungsi
penting dari rumusan hipotesis penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
·
Menjadi
Arah Penelitian
Hipotesis
merupakan jawaban awal dari pemecahan masalah, dengan demikian hipotesis yang
disusun peneliti, akan menjadi arah proses mencari dan mengumpulkan data, arah
dalam menganalisis data dan pengambilan kesimpulan penelitian. Dengan demikian
hipotesis penelitian memiliki fungsi yang sangat penting agar penelitian dapat
berjalan secara lebih efektif dan efisien.
·
Rumusan
Hipotesis Memperjelas Tujuan
Setiap
penelitian memiliki tujuan penelitian. Tujuan – tujuan penting setiap
penelitian adalah memecahkan dan menjawab maslaah penelitian dan membuktikan
hipotesis penelitian. Oleh karena itu, hipotesis akan memperjelas dan
mempertegas rumusan tujuan penelitian yang hendak dicapai.
·
Memberikan
Batasan Ruang Lingkup Penelitian
Hipotesis yang
jelas dan tegas akan mampu memberikan batasan ruang lingkup penelitian.
Peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian sejak pengumpulan data,
pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian tidak akan keluar dari
hubungannya dengan upaya pembuktian hipotesis penelitian. Analisis dan pembahasan hasil penelitian selalu
dibatasi oleh kisi–kisi yang mengarah pada pembenaran dan mencari argumentasi
untuk membuktikan hipotesis yang telah ditetapkan .
·
Memberikan
Penekanan Konsentrasi Peneliti
Dalam setiap
langkah kegiatan penelitian terutama pada kegiatan mencari fakta–fakta (data) dan informasi lapangan harus sesuai
dengan kebutuhan pembuktian hipotesis yang telah ditetapkan. Agar penelitian
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka peneliti dituntut
berkonsentrasi untuk membuktikan
hipotesis penelitian melalui pengumpulan data dan informasi yang lengkap.
Ø Kriteria Rumusan Hipotesis
Masalah yang
akan dipecahkan peneliti, harus
dicarikan pemecahan dengan mengumpulkan sebanyak–banyaknya informasi.
Peneliti harus mencari berbagai alternatif pemecahan yang akhirnya harus
memilih pemecahan yang paling mendekati masalah. Oleh karena itu dalam memduga ini peneliti
harus jeli, cermat dan didukung data awal
(hasil studi pustaka) agar ada ketepatann dugaan awal hipotesis
penelitian tersebut.
Ø Hipotesis disusun secara seksama
Penyusunan
hipotesis tidak dapat dibuat secara asal
– asalan atau seadanya. Penyusunan hipotesis harus berpijak pada rumusan
masalah penelitian dan hasil telah pustaka. Dari teoritik diolah bersama–sama
dengan data sekunder dan hasil observasi lapangan, kemudian merumuskan
hipotesis penelitian. Dalam menyusun hipotesis penelitian harus dilakukan
secara jeli, telitidan cermat, sehingga jawaban sementara tersebut akan
mendekati kenyataan dan ketepatan dengan adanya data langan setelah dilakukan
penelitian.
Ø Kalimat Hipotesis adalah Kalimat Pernyataan
Rumusan
hipotesis penelitian yang sederhana
untuk dipahami adalah dengan menyusun dalam bentuk kalimat pernyataan (statement) bukan kalimat tanya (questions).
Hal ini diartikan bahwa hipotesis penelitian merupakan kesimpulan sementara
yang merupakan jawaban dari masalah penelitian, maka hipotesis bukan kalimat
bertanya akan tetapi kalimat pernyataan hasil penelitian.
Ø Rumusan Hipotesis Penelitian Sederhana dan Tegas
Kalimat
hipotesis disusun secara sederhana, jelas dan tegas dalam arti mudah dipahami
dan dicerna para pembaca dan tidak
memiliki pengertian yang bersifat ganda. Oleh karena itu hipotesis harus
sederhana, jelas dan tegas, agar peneliti akan lebih mudah untuk memahami
sebagai arah penelitian. Agar penyusunan hipotesis yang sederhana, jelas dan
tegas dapat terwujud maka harus didukung oleh persiapan penelitian dengan
adanya kejelasan variabel–variabel penelitian.
Ø Hipotesis Disusun Berdasar Asumsi
Sering dalam
hubungan antar variabel penelitian diketemukan secara teoritik variabel terikat
(dependent) dipengaruhi oleh berbagai variabel bebas (independent).
Misalnya bahwa variabel prestasi kerja (variabel terikat) secara teoritik dapat dipengaruhi oleh
berbagai variabel bebas: Kepemimpinan, motivasi, upah, iklim kerja dan
sebagainya. Oleh karena itu dalam merumuskan hipotesis dapat didapatkan dari
sebuah asumsi, misalnya, prestasi kerja pekerja di perusahaan tersebut akan
dipengaruhi variabel kepemimpinan dengan
asumsi bahwa variabel yang lain dianggap konstan. Dari asumsi tersebut maka pembuktian
hipotesis akan lebih terfokus dan terarah.
Tidak lagi peneliti mencari argumentasi dengan variabel–variabel yang
lainnya.
Ø Hipotesis: Kalimat Seden, Antiseden, Konsekuen
Bagi
Peneliti pemula merumuskan hipotesis
penelitian memiliki hambatan. Kalimat hipotesis
adalah Silogisme yang terdiri dari 3 bagian yaitu kalimat Seden, Anti
seden dan Konsekuen. Seden sebuah kalimat yang dimulai dengan kata awal
jikalau, atau apabila dan semacamnya, sedangkan anti seden sebuah kalimat yang dimulai
dengan kalimat maka. Sementara itu konsekuen merupakan dampak atau akibat dari
kalimat yang dimulai kata jikalau dan semacamnya berdasarkan silogisme
tersebut.
Ø Hipotesis Penelitian
dibatasi sumberdaya
Kegiatan
penelitian secara relatif akan banyak ditentukan atau dibatasi oleh ketersediaan sumber daya baik sumber daya
manusia,dana maupun waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penelitian
tersebut. Dengan demikian merumuskan hipotesis penelitian harus mempertimbangkan kemampuan peneliti itu
sendiri baik ditinjau dari kemampuan sumber daya manusia (pengetahuan,
pengalaman, waktu yang tersedia) maupun sumber daya dana (pembiayaan
penelitian) serta waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penelitian tersebut.
Luas dan banyaknya hipotesis penelitian akan sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan sumberdaya. Oleh karena itu merumuskan hipotesis penelitian
dibatasi oleh sumber daya yang tersedia.
2.5.2 Pernyataan Hipotesis: Format
Pernyataan Jika-Maka (If-Then
Statement)
Seperti
disebutkan sebelumnya, hipotesis adalah pernyataan yang dapat diuji mengenai
hubungan antarvariabel. Hipotesis juga dapat menguji apakah terdapat perbedaan
antara dua kelompok (atau antara beberapa kelompok) yang terkait dengan
variabel. Untuk mneguji apakah hubungan atau perbedaan yang diperkirakan
tersebut eksis atau tidak, hipotesis dapat disusun sebagai proposisi atau dalam
bentuk penyertaan jika-maka (if then statement). Kedua format tersebut
bisa dilihat dalam dua contoh berikut.
1.
Karyawan
yang lebih sehat akan lebih jarang mengambil cuti sakit.
2.
Jika
karyawan lebih sehat, maka mereka akan lebih jarang mengambil cuti sakit.
2.5.3 Hipotesis Direksional dan
Nondireksional
Jika, dalam
menyatakan hubungan antara dua variabel atau membandingkan dua kelompok,
istilah-istilah seperti positif, negatif, lebih dari, dan semacamnya digunakan,
maka hipotesis tersebut disebut direksional (directional) kearah
hubungan antarvariabel (positif/negatif) ditunjukkan, seperti dalam contoh:
semakin besar stres yang dialami dalam pekerjaan, semakin rendah kepuasan kerja
karyawan. Sifat perbedaan antara dua kelompok pada satu variabel (lebih
dari/kurang dari) didalikan, seperti contoh: wanita lebih bermotivasi dibanding
pria. Sekaran (2014: 137).
Menurut Supardi
(2005: 77) Hipotesis direksional atau hipotesis hubungan adalah hipotesis yang
menyatakan saling hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya, yang
menunjukkan suatu penelitian korelasional.
Sekaran (2014:
137) menyatakan Hipotesis nondireksional (nondirectional) adalah
hipotesis yang mendalikan hubungan atau perbedaan, tetapi tidak memberikan
indikasi mengenai arah dari hubungan atau perbedaan tersebut. Dengan kata lain,
meskipun mungkin diperkirakan bahwa terdapat hubungan yang sginifikan di antara
dua variabel, kita tidak dapat mengatakan apakah hubungan tersebut akan positif
atau negatif, seperti contoh: ada hubungan antara usia kerja dan kepuasan
kerja.
Supardi (2005:
77) berpendapat bahwa Hipotesis nondireksional atau hipotesis perbedaan
menyatakan hubungan perbedaan antara variabel yang satu dengan yang lainnya.
Hipotesis ini mencerminkan penelitian komparatif. Guna pembuktian secara statistik,
maka rumusan hipotesis hubungan dan perbedaan ini dapat dilakukan dengan
membuat rumusan hipotesis masing-masing dengan membuat hipotesis kerja dan
hipotesis nol.
Demikian pula,
bahkan jika kita dapat memperkirakan bahwa terdapat perbedaan antara dua kelompok
pada satu variabel tertentu, kita tidak akan dapat mengatakan kelompok mana
yang akan lebih, dan mana yang kurang pada variabel tersebut, seperti contoh:
terdapat perbedaan antara nilai etika kerja karyawan Amerika dan Asia.
2.5.4 Hipotesis Nol dan Alternatif
Hipotesis nol
(hipotesis nihil atau null hypotheses) adalah proporsi yang menyatakan
hubungan yang definitif dan tepat diantara dua variabel. Yaitu, hipotesis ini
menyatakan bahwa korelasi populasi antara dua variabel adalah sama dengan nol
atau bahwa perbedaan dalam mean (rerata hitung) dua kelompok dalam populasi
adalah sama dengan nol (atau suatu angka tertentu). Secara umum, pernyataan nol
diungkapkan sebagai tidak ada hubungan (signifikan) antara dua variabel atau
tidak ada perbedaan (signifikan) antara dua kelompok. Sekaran (2014: 138).
Menurut Hasan (2004) Hipotesis nol atau hipotesis nihil,
disimbolkan Ho adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu
pernyataan yang akan diuji. Disebut hipotesis nol karena hipotesis ini tidak
memiliki perbedaan atau perbedaannya nol dengan hipotesis sebenarnya. Hipotesis
nol ini dapat dinyatakan dengan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau
tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Contoh rumusan hipotesis
nol.
1)
Tidak
ada perbedaan antara ..... dengan .....
Contoh: tidak ada perbedaan anatara mahasiswa semester IV dan VI
dalam disiplin kuliah.
2)
Tidak
ada pengaruh ..... terhadap .....
Contoh: tidak ada pengaruh pelatihan terhadap kemampuan membaca
berita.
Supardi (2005:
76) menyatakan Hipotesis nol merupakan pernyataan untuk menguji secara analisis
kunatitatif dengan perhitungan secara statistik. Hipotesis nol tersebut
mneyatakan “tidak ada hubungan atau perbedaan” antara variabel yang satu dengan
yang lainnya.
Hipotesis
alternatif, yang merupakan kebalikan dari hipotesis nol, adalah pernyataan yang
mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau menunjukkan perbedaan antara
kelompok. Sekaran (2014: 138)
Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, disimbolkan Ha
atau H1 adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai lawan/tandingan
hipotesis nol. Menurut Hasan (2004). Hipotesis alternatif ini menyatakan adanya
perbedaan antara dua variabel, atau ada pengaruh variabel X terhadap variavel
Y. Contoh rumusan hipotesis alternatif.
1.
Ada
perbedaan antara ..... dan .....
Contoh: ada perbedaan antara mahasiswa semester IV dan semester VI
dalam disiplin kuliah.
2.
Ada
pengaruh ..... terhadap .....
Contoh: ada pengaruh penelitian terhadap kemampuan membaca berita.
Supardi (2005:
76) berpendapat bahwa Hipotesis kerja atau dengan istilah lain hipotesis
alternatif atau hipotesis asli merupakan pernyataan riil suatu gejala dalam
hubungan variabel-variabel penelitian. Hipotesis tersebut menyatakan “adanya
hubungan atau perbedaan” antara variabel yang satu dengan yang lainnya. Hipotesis
kerja ini akan dibuktikan secara statistik, oleh karena itu hipotesis kerja
dirubah menjadi hipotesis statistik atau hipotesis nol tersebut.
Hipotesis nol
dirumuskan agar dapat diuji untuk penolakan yang mungkin. Jika kita menolak
hipotesis nol, maka semua hipotesis alternatif yang diperbolehkan, berkaitan
dengan hubungan tertentu yang diuji, dapat diterima.
Setelah
merumuskan hipotesis nol dan alternatif, uji statistik yang tepat (uji t, uji
f) pun kemudian dapat diterapkan, yang akan menunjukkan apakah hipotesis
alternatif diterima atau tidak-yaitu, bahwa ada perbedaan sginifikan antara
kelompok atau bahwa terdapat hubungan signifikan di anatar variabel,
sebagaimana dinyatakan dalam hipotesis.
Hasan (2004)
menjelaskan langkah-langkah yang harus diikuti dalam pengujian hipotesis
adalah:
1.
Menyatakan
hipotesis nol dan alternatif.
2.
Memilih
uji statistik yang tepat berdasarkan apakah data yang dikumpukan adalah
parametrik atau nonparametrik.
3.
Menentukan
tingkat signifikansi yang diinginkan (ρ = 0,05, atau lebih, atau kurang).
4.
Memastikan
jika hasil dari analisis komputer menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
terpenuhi. Jika, seperti dalam kasus analisis korelasi pearson dalam peranti
lunak excel, tingkat signifikansi tidak muncul dalam printout, perhatikan nilai
kritis yang menetapkan daerah penerimaan pada tabel yang sesuai (t, F, χ).
Nilai kritis tersebut membagi daerah penolakan dari daerah penerimaan hipotesis
nol.
5.
Jika
nilai hitung lebih besar daripada nilai kritis, hipotesis nol ditolak, dan
alternatif diterima. Jika nilai hitung lebih kecil daripada nilai kritis,
hipotesis nol diterima dan alternatif di tolak.
Menurut Hasan
(2004), contoh dalam menguji hipotesis ini ada beberapa langkah yang harus
dilalui, dikenal dengan prosedur pengujian hipotesis, yaitu:
a.
Menentukan
formulasi Hipotesisnya
· Hipotesis nol (Ho)
· Hipotesis alternatif (H1)
b.
Menentukan
Taraf Nyata dan Nilai Tabel
Taraf nyata adalah batas toleransi dalam menerima kesalahan dari
hasil hipotesis terhadap nilai parameter populasinya. Taraf nyata dilambangkan
dengan α (baca: alfa). Besaran yang sering digunakan untuk menentukan taraf
nyata (dinyatakan dalam %) adalah 1%, 5% dan 10%.
c.
Menentukan
Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam hal
menerima atau menolak hipotesis nol dengan cara membandingkan nilai kritis
(nilai α tabel dari distribusinya) dengan nilai uji statistiknya.
·
Hipotesis
nol (Ho) diterima jika nilai uji statistiknya berada diluar nilai
kritisnya.
·
Hipotesis
nol (Ho) ditolak jika nilai uji statistiknya berada dalam
nilai-nilai kritisnya.
d.
Melakukan
Uji Statistik
Uji statistik ini merupakan rumus-rumus dari distribusi
(berhubungan dengan distribusi) tertentu, seperti uji t (distribusi t), uji Z
(distribusi Z), uji χ2 (distribusi kai kuadrat), dan sebagainya.
e.
Membuat
kesimpulan
Pembuatan kesimpulan ini merupakan penetapan keputusan dalam hal
penerimaan atau penolakan hipotesis nol sesuai dengan kriteria pengujian.
Contoh:
Rumusan masalah:
Apakah ada hubungan antara tingkat partisipasi mahasiswa dalam kegiatan
politik dengan jenis media yang sering diikutinya.
Hipotesis:
Diduga ada hubungan antara tingkat partisipasi mahasiswa dalam
kegiatan politik dan jenis media yang sering diikutinya.
Pengujian hipotesis:
1.
Formulasi
hipotesis
Ho: tidak ada hubungan antara
tingkat partisipasi dengan jenis media yang diikuti.
H1: ada hubungan antara
tingkat partisispasi dengan jenis media yang diikuti.
2.
Taraf
nyata (α) dan nilai χ2 tabel
α = 5% = 0,05; db = (2-1) (3-1) = 2
χ2 tabel (χ2 0,05[2]) = 5,991
(lihat tabel χ2 pada lampiran)
3.
Kriteria
pengujian
·
Ho
diterima jika: χ20 ≤ 5,991
·
Ho
ditolak jika: χ20 ≥ 5,991
4.
Uji
statistik
Jenis Media
|
Tinggi
|
Menengah
|
Rendah
|
Jumlah
|
Media cetak
|
32
|
26
|
11
|
69
|
Media elektronik
|
10
|
14
|
47
|
71
|
Jumlah
|
42
|
40
|
58
|
140
|
χ2= (O – E)2
E
O
|
E
|
(O –E)2
|
(O – E)2
E
|
32
|
20,7
|
127,69
|
6,17
|
26
|
19,7
|
39,69
|
2,01
|
11
|
28,6
|
309,76
|
10,83
|
10
|
21,3
|
127,69
|
5,99
|
14
|
20,3
|
39,69
|
1,96
|
47
|
29,4
|
309,76
|
10,53 +
|
|
|
|
37,49
|
χ20
= 37,49
5.
Kesimpulan
Karena χ20 = 37,49 > (χ2 0,05[2])
= 5,991 maka Ho ditolak. Jadi, ada hubungan natara tingkat
partisipasi dengan jenis media yang diikuti.
2.6 Pengujian hipotesis dengan Penelitian Kualitatif, analisis
kasus negatif
Hasan (2004:
30) menyatakan Analisis kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model
matematika, model statistik, dan ekonometrik atau model-model tertentu lainnya.
Analisis data yang dilakukan terbatas pada teknik pengolahan datanya, seperti
pada pengecekan data dan tabulasi. Dalam hal ini, sekedar membaca tabel-tabel,
grafik-grafik, atau angka-angka yang tersedia, kemudian melakukan uraian dan
penafsiran.
Menurut Sekaran
(2014: 143) Hipotesis juga dapat diuji dengan data kualitatif. Misalnya,
seorang peneliti membuat kerangka teoritis setelah wawancara yang ekstensif,
bahwa perilaku tidak etis oleh karyawan merupakan fungsi dari ketidakmampuan
mereka untuk membedakan antara benar dan salah, atau karena kebutuhan yang
mendesak akan uang yang lebih banyak, atau ketidakacuhan organisasi terhadap
perilaku semacam tersebut. Untuk menguji hipotesis bahwa ketiga faktor tersebut
merupakan sebab utama yang menyangkal hipotesis. Bahkan jika suatu kasus
tunggal tidak mendukung hipotesis, teori tersebut harus direvisi. Katakanlah
bahwa peneliti menemukan satu kasus di mana seseorang dengan sengaja melakukan
perilaku tidak etis dalam hal menerima pembayaran kembali (meskipun faktanya ia
cukup mampu untuk membedakan benar dari salah, tidak membutuhkan uang, dan
mengetahui bahwa organisasi tidak akan membiarkan perilakunya), hanya karena ia
ingin “kembali” ke sistem yang “tidak akan menerima sarannya.” Penemuan baru
ini melalui penolakan atas hipotesis semula, disebut sebagai metode kasus
negatif (negative case methode), memungkinkan peneliti untuk merevisi
teori dan hipotesis hingga waktu ketika teori tersebut menjadi kukuh. Dengan
demikian, sejauh ini kita telah melihat bagaimana melakukan survei literatur,
merumuskan kerangka teoritis, dan menyusun hipotesis.
2.7 Keuntungan Manajerial
Sekaran (2014:
146) menyatakan pada titik ini, cukup mudah untuk mengikuti gerak maju
penelitian dari tahap pertama ketika manajer merasakan masalah, ke pengumpulan
data awal (termasuk survei literatur), ke penyusunan kerangka teoritis
berdasarkan survei literatur dan dipandu oleh pengalaman dan intuisi, serta ke
perumusan hipotesis untuk diuji.
Jelas pula
bahwa setelah masalah didefinisikan, pengertian yang baik mengenai keempat
jenis variabel yang berbeda memperluas pemahaman manajer, misalnya dalam hal
bagaimana berbagai faktor bergesekan dengan keadaan organisasi. Pengetahuan
tentang bagaimana dan untuk tujuan apa kerangka teoritis dibangun dan hipotesis
disusun memampukan manajer untuk menjadi hakim yanng cerdas terhadap laporan
penelitian yang diberikan oleh konsultan. Demikian pula, pengetahuan mengenai
arti signifikansi, dan mengapa sebuah hipotesis yang diajukan diterima atau
ditolak, membantu manajer untuk bertahan dalam, atau berhenti dari dugaannya
yang, walaupun masuk akal, tidak terbukti. Jika pengetahuan semacam tersebut
tidak dimiliki, banyak temuan penelitian tidak akan terlalu berguna bagi
manajer dan pengambilan keputusan akan memunculkan kebingungan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerangka teoretis adalah cara seseorang menyusun teori atau
menghubungan teori secara logis dalam beberapa faktor yang dianggap penting
untuk masalah. Variabel adalah sebuah notasi yang dianggap menggambarkan suatu
set nilai yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Terdapat empat
jenis variabel utama menurut yaitu variabel terikat (dependent variable, disebut juga variabel kriteria-criterion variable), variabel bebas (independent variable, disebut juga
variabel prediktor-predictor variable),
variabel moderator (moderating variable),
dan variabel antara (intervening variable).
Hipotesis adalah suatu jawaban permasalahan sementara yang bersifat
dugaan dari suatu penelitian. Hipotesis penelitian terbagi dalam bebrapa jenis
ataumacam diantaranya hipotesis direksional dan nondireksional serta hipotesis
nol dan alternatif.
DAFTAR PUSTAKA
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi
Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Irawan, P. 2003. Logika dan Prosedur
Penelitian. Jakarta: STIA-LAN Press.
Prasetyo, Bambang & Jannah, Lina Miftahul. 2010. Metode
Penelitian Kuantitatif:Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Sekaran, Uma. 2011. Research Methods For
Business. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2012. Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung:
Alfabeta.
Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis.
Yogyakarta: Uii Press.
Susanti, Meilia Nur Indah. 2010. Statistika Deskriptif & Induktif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar